Menjadi Bagian Dari Papag Setra Indonesia Ternyata Punya Makna Istimewa, Ini Kata Para Profesor

12 Agustus 2023, 20:11 WIB
Profesor Obsatar Sinaga (berjaket biru) dan disamping kanannya, Profesor Cecep Darmawan tengah memberikan sambutan dalam Diklat 1 Juri Papag Setra Indonesia /Riffa Anggadhitya/

KILASCIMAHI - Paguyuban Paguron Seni Penca Tradisional (Papag Setra) Indonesia ternyata bukan sekedar organisasi untuk para pecinta Pencak Silat.

 

Menjadi bagian dari Papag Setra Indonesia ternyata memiliki makna istimewa dan bisa berdampak luas, baik bagi masyarakat maupun bangsa dan negara.

Berbagai nilai penting dari Papag Setra Indonesia ini dikemukakan oleh para pakar dibidangnya, yang juga merupakan para pembina dari Paguyuban Paguron Penca Silat ini.

''Papag Setra menjadi wadah baru untuk menjadi pahlawan di masa kini,''kata Profesor Obsatar Sinaga saat memberikan sambutan dalam pembukaan Diklat 1 Juri Papag Setra Indonesia di Aula Pusat Pendidikan Jasmani (Pusdikjas) Angkatan Darat, Sabtu 12 Agustus 2023.

Baca Juga: Sambil Kenakan Iket Sunda, Jenderal Dudung Amanatkan Papag Setra Lestarikan Penca: Jangan Sampai Punah !

Menurut Prof Oby, demikian ia biasa disapa, penyelenggaraan Diklat 1 Juri Papag Setra di kawasan militer ini sangat relevan dengan momentum di bulan Agustus, yakni Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Oleh karena itu, kata Prof Oby, pelatihan para juri ini hendaknya dijadikan sebagai momen untuk menggali kembali nilai-nilai kepahlawanan.

Oleh karena itu, Prof Oby menilai para peserta pelatihan yang berasal dari berbagai paguron dari DKI Jakarta, Banten dan berbagai kabupaten/kota di Jawa Barat ini sudah tepat bergabung ke dalam Papag Setra.

''Substansi dan materi di tempat ini bisa menjadi dasar untuk bapak/ibu sekalian menjadi pahlawan di tempat masing-masing. Papag Setra akan menjadi wadah kita untuk menjadi pahlawan baru di masa kini,''tegas Prof Oby yang juga menjabat sebagai Rektor Universitas Islam Nusantara (UNINUS) ini.

Sementara itu, Profesor Cecep Darmawan menilai bahwa ruang-ruang kebudayaan seperti Papag Setra harus dikembangkan untuk terus mengolah rasa dan mengolah hati. Jika hal ini berhasil dilakukan, Prof Cecep menilai, ruang publik seperti media sosial tidak akan diisi dengan banyak ujaran kebencian.

''Seni itu mengolah rasa mengolah hati. Indonesia itu banyak yang pintar, tapi hatinya tidak diolah sehingga hanya mengandalkan rasionalitas dan dengan mudahnya menghujat orang lain,''ungkap Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) ini.

Menurut dia, orang yang mengolah hati dan rasa akan selalu melihat kedalam sebelum melihat keluar. Termasuk, orang yang memiliki jiwa seni tidak mudah menunjuk kesalahan orang lain sebelum melihat kesalahan sendiri.

Oleh karena itu, Prof Cecep sangat sepakat dengan tagline Papag Setra Indonesia yaitu Bener Jujur Satria. Dalam diksi Satria inilah, kata Prof Cecep, Papag Setra harus bisa menunjukkan sikap ksatria yang sebenarnya.

Baca Juga: Selamat! Rosihon Anwar Resmi Jabat Rektor UIN Bandung, Sisihkan 12 Kandidat Lainnya

Apalagi, kata dia, pelatihan ini diselenggarakan untuk menghasilkan para juri yang jujur adil dan bersikap satria.

''Saat ini sulit untuk menemukan orang yang satria, yang mengaku saat melakukan kesalahan dan siap dihukum karena kesalahannya. Papag Setra harus menjadi satria-satria itu,''pungkas Prof Cecep.

 

 

Editor: Riffa Anggadhitya

Tags

Terkini

Terpopuler