Sementara itu, Profesor Cecep Darmawan menilai bahwa ruang-ruang kebudayaan seperti Papag Setra harus dikembangkan untuk terus mengolah rasa dan mengolah hati. Jika hal ini berhasil dilakukan, Prof Cecep menilai, ruang publik seperti media sosial tidak akan diisi dengan banyak ujaran kebencian.
''Seni itu mengolah rasa mengolah hati. Indonesia itu banyak yang pintar, tapi hatinya tidak diolah sehingga hanya mengandalkan rasionalitas dan dengan mudahnya menghujat orang lain,''ungkap Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) ini.
Menurut dia, orang yang mengolah hati dan rasa akan selalu melihat kedalam sebelum melihat keluar. Termasuk, orang yang memiliki jiwa seni tidak mudah menunjuk kesalahan orang lain sebelum melihat kesalahan sendiri.
Oleh karena itu, Prof Cecep sangat sepakat dengan tagline Papag Setra Indonesia yaitu Bener Jujur Satria. Dalam diksi Satria inilah, kata Prof Cecep, Papag Setra harus bisa menunjukkan sikap ksatria yang sebenarnya.
Baca Juga: Selamat! Rosihon Anwar Resmi Jabat Rektor UIN Bandung, Sisihkan 12 Kandidat Lainnya
Apalagi, kata dia, pelatihan ini diselenggarakan untuk menghasilkan para juri yang jujur adil dan bersikap satria.
''Saat ini sulit untuk menemukan orang yang satria, yang mengaku saat melakukan kesalahan dan siap dihukum karena kesalahannya. Papag Setra harus menjadi satria-satria itu,''pungkas Prof Cecep.