Tahun Baru Imlek Jatuh Pada 23 Januari 2023, Inilah Sejarah Tahun Baru Di Indonesia dan Peran Gus Dur!

- 21 Januari 2023, 16:57 WIB
Tahun Baru Imlek Jatuh Pada 23 Januari 2023, Inilah Sejarah Tahun Baru Di Indonesia Dan Peran Gus Dur. Simak ulasannya!
Tahun Baru Imlek Jatuh Pada 23 Januari 2023, Inilah Sejarah Tahun Baru Di Indonesia Dan Peran Gus Dur. Simak ulasannya! /facebook/adib/
KILASCIMAHI - Pada tahun 2023 ini kaum tionghoa akan merayakan tahun baru imlek tepat pada hari Minggu, 22 Januari 2023 yang juga merupakan hari libur nasional.

Meski demikian, pada hari Senin tanggal 23 Januari 2023 pemerintah memberikan cuti bersama.

Keputusan libur nasional imlek dan cuti bersama tersebut dituangkan pemerintah melalui SK 3 Menteri nomor 3 tahun 2022.

Kapankah sebenarnya libur nasional imlek dimulai di Indonesia ?

Berikut sejarah imlek di Indonesia dikutip oleh kilascimahi.com dari kanal YouTube Kayang TV

Sejarah Tahun Baru Imlek di Indonesia dimulai dari Tiongkok yaitu orang-orang china yang di indonesia di sebut sebagai china keturunan atau tionghoa.
 
Baca Juga: Simak! Cek Peringatan Hari Imlek dan Jadwal Cuti Bersama 2023

Namun tahun baru imlek di masa orde baru sempat dilarang dan tidak dirayakan secara bebas, akan tetapi ketika masa reformasi  di masa presiden Gus Dur atau Abdurrahman Wahid perayaan imlek kemudian dibebaskan.

Maka tak heran jika Nama KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur selalu disinggung setiap kali perayaan Imlek tiba.

Perannya dalam mengakomodasi perayaan tahun baru China Imlek adalah menyetarakan dengan hari hari besar lainya di indonesia yakni dengan menjadikannya  hari libur Nasional.

Dikisahkan dalam bahwa selama kurun 1968-1999, perayaan Tahun Baru Imlek dilarang dirayakan di depan umum.

Rezim Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto melalui Inpres Nomor 14/1967 melarang segala hal yang berbau Tionghoa, termasuk perayaan Imlek. Namun pada 1999, Gus Dur mencabut Inpres tersebut.

Sejak saat itulah, masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia kembali mendapatkan kebebasan merayakan Imlek.

Mulai saat itu pula, berbagai kebudayaan yang melekat pada masyarakat Tionghoa, seperti barongsai, dipertontonkan di depan umum dan hingga kini banyak dikenal masyarakat.

Maka tidak berlebihan jika banyak tokoh dan orang tionghoa yang menyebut Gus Dur sebagai “Bapak masyarakat Tionghoa” bahkan  “Bapak kaum minoritas” di Indonesia.
 

Bagi Gus Dur, seperti diceritakan oleh Yenny Wahid, etnis Tionghoa dan juga budaya mereka, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam perjalanan bangsa Indonesia.

Melalui etnis Tionghoa, Islam bisa tersebar ke Nusantara bersama pedagang India.
Terbukti dengan adanya keturunan Tionghoa yang masuk dalam jajaran Wali Songo, penyebar Islam di Nusantara.

Keputusan Gus Dur menghapus Inpres Nomor 14/1967, banyak menuai penolakan dengan alasan khawatir komunisme kembali hidup di Indonesia.

Namun, bagi mantan Ketua Umum PBNU itu, seperti yang diungkapkan mantan Asisten Pribadi Gus Dur yakni Ngatawi  bahwa  Gus Dur adalah budayawan dan agamawan.

Menurut Gus Dur, Imlek dan tradisi barongsai merupakan bagian dari kebudayaan. Jika dikelola dengan baik dan benar dapat menjadi sarana menyebarkan nilai-nilai kebaikan, seperti yang dilakukan oleh para Wali dalam menyebarkan Islam di Indonesia, melalui wayang, adat budaya, dan tradisi.

Kehadiran Gus Dur sebagai jembatan untuk memberikan hak yang sama bagi etnis Tionghoa di Indonesia juga diakui oleh novelis Remy Silado.
 
Baca Juga: Imlek Bagi-bagi Angpao, Dedi Mulyadi Lebih Memilih Borong Dagangan Kacang Bulu Kakak Beradik asal Cipeundeuy

Pada masa Gus Dur lah, tradisi barongsai mulai dipertontonkan, dan kini sudah mendunia.

Demikian ulasan mengenai sejarah imlek dan peran Gus Dur dalam penetapan tahun baru imlek sebagai hari libur nasional.***

Editor: Titin Kartika Dewi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x