Teks Manaqib Syekh Abdul Qodir Jaelani Bagian 4, Lengkap dengan Arti Akan dibaca Malam Harlah 1 Abad NU 2023

- 6 Februari 2023, 21:52 WIB
bunyi manaqib Syekh Abdul Qodir Jaelani bagian 4 untuk dibaca saat Harlah 1 abad NU 2023
bunyi manaqib Syekh Abdul Qodir Jaelani bagian 4 untuk dibaca saat Harlah 1 abad NU 2023 /tangkapan layar Instagram @aisnusantara/
 

 
KILASCIMAHI - Berikut teks manaqib Syekh Abdul Qodir Jaelani bagian 4 lengkap dengan artinya, yang akan di bacakan saat malam Harlah 1 abad NU.
 
Seperti diketahui, Nahdlatul Ulama berdiri pada 31 Januari 1926 atau bertepatan pada 16 Rajab 1344 H lalu, akan merayakan Harlah 1 abad NU 2023 dengan pembukaan membaca manaqib Syekh Abdul Qodir Jaelani
 
Oleh karena itu, pada 16 Rajab 1444 Nahdlatul Ulama genap berumur 100 tahun atau satu Abad, dan pada perayaan Harlah 1 abad NU akan dibacakan manaqib Syekh Abdul Qodir Jaelani
 
Berbagai acara akan dilaksanakan untuk memperingati Harlah 1 abad NU, pada tanggal 7 Februari 2023 nanti.
 
 
Acara pembukaan perayaan satu Abad NU ini akan dibuka oleh pembacaan manaqib Syekh Abdul Qodir Jaelani.
 
Manaqib adalah kalimat bahasa Arab yang berarti biografi, biasanya yang dibacakan adalah biografi seorang wali legendaris.
 
Salah satunya adalah biografi Syekh Abdul Qodir Jaelani, sosok wali legendaris yang manaqib nya sering dibacakan oleh warga NU.
 
Dikutip dari laman KESAN (Kedaulatan Santri) berikut adalah teks manaqib Syekh Abdul Qodir Jaelani (Lujain Ad-Dani) bagian 4.
 
 
وَكَانَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ لَايُعَظِّمُ اْلأَغْنِيآءَ وَلَا يَقُوْمُ لِأَحَدٍ مِنَ اْلأُمَرآءِ وَلَا أَرْكَانِ الدَّوْلَةِ وَكَانَ كَثِيْرًا يَرٰىالْخَلِيْفَةَ قَاصِدًا لَه۫ وَهُوَ جَالِسٌ فَيَدْخُلُ خَلْوَةً ثُمَّ يَخْرُجُ عَلَى الْخَلِيْفَةِ بَعْدَ وُصُوْلِه۪إِعْزَازًا لِطَرِيْقِ اْلفُقَرآءِ وَلِئَلَّا يَقُوْمَ لِلْخَلِيْفَةِ وَمَا وَقَفَ بِبَابِ وَزِيْرٍ وَلَا سُلَطَانٍ وَلَا قَبِلَ هَدِيَّةً مِنَ الْخَلِيْفَةِ قّطُّ حَتّٰى عَتَبَه۫عَلىٰ عَدَمِ قَبُوْلِه۪ هَدِيَّتَه۫ فَقَالَ لَهُ الشَّيْخُ أَرْسِلْ مَا بَدَا لَكَ وَاحْضُرْ مَعَه۫ وَحَضَرَ الْخَلِيْفَةُ عِنْدَ الشَّيْخِ وَ مَعَه۫ شَيْئٌ مِنَ التُّفَّاحِ وَإِذًا كُلُّ تُفَّاحَةٍ مَحْشُوٌّ دَمًا وَقَيْحًا فَقَالَ لِلْخَلِيْفَةِ : كَيْفَ تَلُوْمُنَا عَلىٰ عَدَمِ أَكْلِنَا مِنْ هٰذَا وَكُلُّه۫ مَحْشُوٌّ بِدِمآءِ النَّاسِ فَاسْتَغْفَرَ الْخَلِيْفَةُ وَتَابَ عَلىٰ يَدَيْهِ وَكَانَ يَأْتِىْ فَيَقِفُ بَيْنَ الشَّيْخِ كَآحَادِ النَّاسِ وَصَحِبَه۫ إِلٰى أَنْ مَاتَ
وَكَانَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ مَعَ جَلَالَةِ قَدْرِه۪ وَبُعْدِ صِيْتِه۪وَعُلُوِّ ذِكْرِه۪ يُعَظِّمُ اْلفُقَرآءَ وَيُجَالِسُهُمْ وَيَفْلِىْ لَهُمْ ثِيَابَهُمْ
وَكَانَ يَقُوْلُ : اْلفَقِيْرُ الصَّابِرُ أَفْضَلُ مِنَ اْلغَنِىِّ الشَّاكِرِ وَاْلفَقِيْرُ الشَّاكِرُ أَفْضَلُ مِنْهُمَا وَاْلفَقِيْرُ الصَّابِرُ الشَّاكِرُ أَفْضَلُ مِنَ اْلكُلِّ وَمَا أَحَبَّ الْبَلآءَ وَالتَّلّذُّذَ بِه۪ إِلَّا مَنْ عَرَفَ الْمُبْلِىْ
وَكَانَ يَقُوْلُ : اِتَّبِعُوْا وَلَا تَبْتَدِعُوْا وَأَطِيْعُوْا وَلَا تَمْرُقُوْا وَاصْبِرُوْا وَلَا تَجْزَعُوْا وَانْتَظِرُوا اْلفَرَجَ وَلَا تَيْأَسُوْا وَاجْتَمِعُوْاعَلىٰ ذِكْرِ اللّٰهِ تَعَالٰى وَلَا تَتَفَرَّقُوْا وَتَطَهَّرُوْا بِالتَّوْبَةِ عَنِ الذُّنُوْبِ وَلَا تَتَلَطَّخُوْا وَعَنْ بَابِ مَوْلَاكُمْ لَا تَبْرَحُوْا
وَكَانَ يَقُوْلُ : لَا تَخْتَرْ جَلْبَ النَّعْمآءِ وَلَا دَفْعَ اْلبَلْوٰى فَإِنَّ النَّعْمآءَ وَاصِلَةٌ إِلَيْكَ بِاْلقِسْمَةِ اسْتَجْلَبْتَهَا أَمْ لَا وَاْلبَلْوٰىحَالَّةً بِكَ وَإِنْ كَرِهْتَهَا فَسَلِّمْ لِلّٰهِ فِى اْلكُلِّ يَفْعَلُ مَا يَشآءُ فَإِنْ جآءَتْكَ النَّعْمآءُ فَاشْتَغِلْ بِالذِّكْرِ وَالشُّكْرِ وَإِنْ جآءَتْكَ اْلبَلْوٰىفَاشْتَغِلْ بِالصَّبْرِ وَالْمُوَافَقَةِ وَإِنْ كُنْتَ أَعْلىٰ مِنْ ذٰلِكَ فَالرِّضَا وَالتَّلَذُّذُ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اْلبَلِيَّةَ لَمْ تَأْتِ الْمُؤْمِنَ لِتُهْلِكَه۫ وَإِنَّمَا أَتَيْهُلِتَخْتَبِرَه۫
 
وَكَانَ يَقُوْلُ : لَايَصْلُحُ لِمُجَالَسَةِ الْحّقِّ تَعَالٰى إِلَّا الْمُطَهَّرُوْنَ مِنْ رِجْسِ الزَّلَّاتِ وَلَايُفْتَحُ إِلَّا لِمَنْ خَلَا عَنِ الدَّعَاوِىْ وَالْهَوَسَاتِ وَلَمَّا كَانَ اْلغَالِبُ عَلَى النَّاسِ عَدَمَ التَّطَهُّرِ إِبْتَلَاهُمُ اللّٰهُ تَعَالٰى بِاْلأَمْرَاضِ كَفَّارَةً وَطَهُوْرًا لِيَصْلُحُوْا لِمُجَالَسَتِه۪وَقُرْبِه۪ شَعَرُوْا بِذٰلِكَ أَوْ لَمْ يَشْعُرُوْا
وَكَانَ يَقُوْلُ : إَيَّاكُمْ أَنْ تُحِبُّوْا أَحَدًا أَوْ تَكْرَهُوْهُ إِلَّا بَعْدَ عُرْضِ أَفْعَالِه۪ عَلَى الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ كَيْلَا تُحِبُّوْهُ بِالْهَوٰىوَتَبْغُضُوْهَ بِالْهَوٰى
اللّٰهُــمَّ انْشُرْ نَفَحَاتِ الرِّضْوَانِ عَلَيْهِ
وَأَمِدَّنَا بِلْأَسْرَارِ الَّتِىْ أَوْدَعْتَهَا لَدَيْهِ
 
 
Syaikh Abdul Qadir tidak mau mengagung-agungkan orang kaya dan berdiri karena datangnya seorang raja dan tidak juga orang-orang yang mempunyai kedudukan. Seringkali raja bermaksud ziarah kepada Syaikh, padahal beliau sedang duduk-duduk kemudian ditinggalkan masuk ke kamar pribadinya. Kemudian baru keluar lagi untuk menemui setelah raja itu duduk. Hal ini dilakukan kerena memuliakan perilaku ahli tasawuf yang tidak tertarik dengan kedudukan dan harta serta tidak berdiri hanya karena kedatangan raja. Beliau juga tidak mau berdiri di depan pintu-pintu raja atau menteri dan tidak mau menerima hadiah dari raja, sehingga raja itu mencemoohnya.
 
Maka Syaikh Abdul Qadir berkata kepada sang raja, “Kalau begitu silakan bawa sendiri hadiah itu ke sini.” Raja pun menerimanya, kemudian membawa sendiri buah apel untuk beliau. Tiba-tiba buah apel itu di dalamnya penuh darah dan nanah. Maka berkatalah Syaikh Abdul Qadir kepada raja, “Kenapa raja selalu mencemooh dan mencela saya? Padahal saya tidak mau buah apel ini, karena seluruhnya penuh dengan darah manusia.” Maka raja itu minta maaf dan bertaubat di hadapan Syaikh Abdul Qadir. Selanjutnya raja itu sering ziarah kepada beliau sebagaimana kebanyakan orang dan menjadi sahabatnya sampai meninggal.
 
 
Syaikh Abdul Qadir mempunyai derajat tinggi, namanya harum tersebar ke mana-mana, dan beliau mau menghormati fakir miskin, menemani mereka duduk, dan membersihkan sendiri kutu-kutu yang ada di pakaian mereka.
 
Beliau pernah mengatakan, “Seorang fakir yang mau bersabar lebih utama dari orang kaya yang bersyukur, dan orang fakir yang bersyukur, lebih utama dari keduanya, dan orang fakir yang mau bersabar dan bersyukur, lebih utama dari semuanya. Dan tidaklah senang dan merasa nikmat menerima musibah, kecuali orang yang tahu kepada Zat yang menurunkan musibah itu, yaitu Allah.
 
Syaikh Abdul Qadir juga berkata, “Ikutilah sunnah Rasulullah ﷺ dan jangan melakukan bid’ah, berbaktilah kepada Allah dan Rasul-Nya, jangan sampai keluar dari Islam. Bersabarlah dan jangan menggerutu, berharaplah untuk mendapatkan kesejahteraan dan jangan putus asa, berkumpullah dalam majelis zikir kepada Allah dan jangan bercerai berai. Bersihkan dirimu dengan bertobat dari segala dosa dan jangan berlumuran noda dan secara rutin menghadap di pintu Allah untuk memohon ampunan.”
 
 
Beliau juga berkata, “Jika terkena cobaan, jangan menginginkan mendapat kenikmatan dan menghindar dari cobaan, karena suatu kenikmatan pasti datang juga kepadamu sesuai ketentuan Allah, baik diharapkan maupun tidak. Demikian pula cobaan, suka atau tidak pasti akan menimpamu, maka dari itu berserah dirilah kepada Allah yang mengatur sesuai dengan kehendak-Nya. Bila kenikmatan datang kepadamu, maka sibukkanlah dirimu dengan mengingat Allah dan banyak bersyukur. Dan bila cobaan yang menimpa, maka sibukkanlah dirimu dengan kesabaran dan kesadaran. Bila ingin mendapat tempat yang tertinggi di sisi Allah, ketahuilah bahwa cobaan yang menimpa orang mukmin bukan sebagai malapetaka, tetapi datang untuk menguji iman.”
 
Syaikh Abdul Qadir berkata lagi, “Tidak boleh terjadi di dalam majelis untuk menghadap kepada Allah, kecuali membersihkan dirinya dari kotoran dan dosa. Dan tidak akan dibuka hatinya untuk makrifat kepada Allah, kecuali hatinya dikosongkan dari pengakuan mempunyai perilaku baik dan dari perbuatan yang meresahkan. Apabila kebiasaan manusia sudah berlumuran dosa dan tidak mau membersihkan diri, maka Allah menurunkan berbagai penyakit lahir maupun batin kepada mereka sebagai tebusan dan pembersih dosa-dosanya, agar mereka dapat menghadap dan mendekat kepada Allah, baik mereka sadar maupun tidak.”
 
 
Syaikh Abdul Qadir berkata, “Berhati-hatilah kamu, jangan sampai mencintai seseorang atau membencinya, kecuali sudah memperhatikan perbuatannya berdasarkan Al-Qur'an dan sunnah Rasul, agar kamu senang atau benci tidak sekadar menuruti hawa nafsu.”
Ya Allah, hamparkanlah bau harum keridhaan-Mu kepada Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani, dan anugerahkan kepada kami berkat rahasia kewalian yang Engkau titipkan kepada Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani.
 
Demikian teks manaqib bagian 4 yang akan dibaca pada malam Harlah 1 abad NU 2023.***
 
 
 

Editor: Baiq Aprilia Intan Sinara H.


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x