Keesokan harinya kebetulan jadwal kami sedikit jadi kami bisa pulang lebih awal, kami pun memutuskan untuk jalan-jalan ke curug demi menikmati suasana di desa ini,
kami semua pergi bersama-sama dengan jalan kaki, jaraknya memang lumayan jauh apalagi saat itu lagi gerimis, di perjalanan Meli tidak bisa diam, dia selalu berbicara tanpa henti, kami pun akhirnya sampai di curug, kami cukup lama menikmati pemandangan disana,
kemudian kami kembali ke pos namun di tengah perjalanan hujan turun, kamu pun meneduh, setelah hujan reda kami pun meneruskan perjalanan dan sampai di pos pada sore hari. Malam pun tiba, seperti biasa kami makan Bersama sebelum beristirahat,
malam pun semakin larut ketika pukul 11 malam aku, Mala terbangun karena mendengar jeritan Meli yang sedang kesakitan sambil memegangi telinganya, bahkan dia sampai meminta pulang, aku dan Mala bingung dan akupun segera menghubungi orang tua Meli guna mengabarkan kondisi anaknya
"Aaaaaarghhh Aaaaaarghhh sakiiiitt" rintih Meli.
aku dan Mala sempat berpikir apakah Meli jadi seperti ini karena dia tidak bisa menjaga sikap saat di curug tadi sore? kami pun masih berusaha menenangkan Meli.
Keesokan harinya Meli sudah tidak mengeluh kesakitan tapi anehnya dia tidak mau menjawab setiap pertanyaan yang kami ajukan, dia memilih diam dan melanjutkan aktivitas seperti biasanya, entahlah apa yang ada dalam pikirannya.
Hari itu seperti biasa kami membantu mengajar di SMP, kemudian Mala dan Meli melanjutkan melihat proses pembuatan gula aren, sedangkan aku memutuskan untuk langsung pulang ke pos, sendirian, kupikir di pos ada teman-teman yang lain ternyata tidak,
Karena tadi pagi aku belum sarapan jadi aku langsung meuju dapur, saat aku sedang makan di dapur tiba-tiba aku mendengar suara motor seperti sedang di masukkan ke dalam rumah, aku pikir itu suara motor si Rozak, akupun langsung berteriak dari dapur untuk menyuruhnya makan,
"Rozaaakkk sini makan duluuu," pekik ku dari dapur.