Network
KILASCIMAHI -Tidak hanya All Eyes on Rafah, sekarang ramai postingan baru All Eyes on Papua. Kamu masih enggan bersuara?
Baiknya simak artikel berikut ini dan pahami akibat dari perusakan hutan adat Papua, agar kamu juga tahu gimana pentingnya bersuara All Eyes on Papua.
All Eyes on Papua, ini sendiri merupakan wadah untuk menyuarakan protes atas rencana, pembukaan lahan sawit di hutan adat Papua, yang merupakan rumah dan sumber penghasilan masyarakat adat di sana.
Baca Juga: Dokumen Persyaratan Pendaftaran PPDB Jabar 2024, Lengkap Dengan Dokumen Persyaratan Umum dan Khusus
Menilik berbagai sumber, vidio dan berita yang tengah ramai, perwakilan masyarakat adat Papua sudah datang unjuk rasa di depan mahkamah agung. Maka, netizen Indonesia yang selalu gercep bersuara di media sosial, semakin gencar dengan postingan All Eyes on Papua.
Menyadur dari unggahan poster yang lain bahwa hutan di Papua. Tepatnya di Boven Digul Papua seluas 36 ribu hektar atau separuh luas Jakarta akan dibabat habis dan dibangun perkebunan sawit.
Hal ini memunculkan kekhawatiran mulai dari hilangnya hutan alam dan boleh jadi menghasilkan emisi 25 juta ton karbon dioksida. Sehingga dampaknya tidak hanya dirasakan oleh seluruh rakyat Papua tetapi juga masyarakat dunia.
Melansir dari situs Greenpeace suku Moi adalah suku yang bisa ditemukan di sebagian daerah distrik Makbon, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya.
Kemudian masyarakat Suku Awyu tinggal di dekat Sungai Bamgi, Sungai Edera, Sungai Kia, Sungai Mappi, Sungai Pesue dan Asue, Sungai Digoel, dan lahan gambut serta rawa.
Dari fakta di atas, maka dapat kita simpulkan sendiri, bagaimana pentingnya hutan adat Papua ini bagi masyarakat.
