KILASCIMAHI - Menyoal mengapa seluruh rakyat Indonesia perlu ramai memviralkan All Eyes on Papua, rasanya kita perlu menjawab pertanyaan kenapa?
All Eyes on Papua adalah sebuah wadah protes, atas rencana pembukaan lahan kebun sawit di hutan adat Papua.
Postingan ini menjadi trending, setelah All Eyes on Rafah kemarin. Masyarakat Indonesia, juga gencar menyuarakan All Eyes on Papua.
Untuk membantu saudara kita di Timur sana, dalam mempertahankan rumah sekaligus sumber penghasilan mereka.
Baca Juga: Jadikan Ide Jualan Nasi Campur! Begini Cara Buat Oseng Mercon Ati Ampela yang Pedes Poll!!
Menilik berbagai sumber, vidio dan berita yang tengah ramai, perwakilan masyarakat adat Papua sudah datang unjuk rasa di depan mahkamah agung. Maka, netizen Indonesia yang selalu gercep bersuara di media sosial, semakin gencar dengan postingan All Eyes on Papua.
Menyadur dari unggahan poster yang lain bahwa hutan di Papua. Tepatnya di Boven Digul Papua seluas 36 ribu hektar atau separuh luas Jakarta akan dibabat habis dan dibangun perkebunan sawit.
Hal ini memunculkan kekhawatiran mulai dari hilangnya hutan alam dan boleh jadi menghasilkan emisi 25 juta ton karbon dioksida. Sehingga dampaknya tidak hanya dirasakan oleh seluruh rakyat Papua tetapi juga masyarakat dunia.
Melansir dari situs Greenpeace suku Moi adalah suku yang bisa ditemukan di sebagian daerah distrik Makbon, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya.
Kemudian masyarakat Suku Awyu tinggal di dekat Sungai Bamgi, Sungai Edera, Sungai Kia, Sungai Mappi, Sungai Pesue dan Asue, Sungai Digoel, dan lahan gambut serta rawa.