Peristiwa Bersejarah Sumpah Pemuda 1928, Sosok Penggagasnya Ternyata Anak Kost

26 Oktober 2022, 19:07 WIB
Para pemuda penggagas sumpah pemuda, adalah anak kost /Museum Sumpah Pemuda

KILASCIMAHI- Sumpah pemuda 1928 merupakan peristiwa penting dalam sejarah nasional Indonesia.

Peristiwa Sumpah Pemuda 1928 ini makin menyadarkan masyarakat Indonesia, yang di kala itu berada di bawah penjajahan Belanda.

Sumpah pemuda menyadarkan akan pentingnya persatuan dan kesatuan untuk melawan penjajah.

Penting bagi pemuda sekarang ini untuk mengetahui proses Sumpah Pemuda 1928 yang tadinya berpecah belah kemudian bisa bersatu menyelesaikan problem yang ada.

Berawal dari Kongres Pemuda I (pertama), Mohamad Thabrani menginginkan para pemuda berkumpul pada tanggal 29 April - 2 Mei 1926.

Baca Juga: Rayakan Halloween 2022, Ini Dia 8 Daftar Top Film Horor Dunia Paling Menakutkan Sepanjang Masa!

Kongres Pemuda ke-I ini melahirkan kesepakatan bahwa identitas pemuda saat itu adalah Indonesia, bukan lagi Jawa, Sumatera, celebes atau Ambon.

Para pemuda ketika itu harus mempropagandakan dan mengkampanyekan kata Bangsa Indonesia.

Bukan lagi jalan kedaerahan atau jalan ideologis masing-masing, akan tetapi bagaimana cita-cita meraih kemerdekaan bisa tercapai.

Pasca Kongres Pemuda ke- I , perkumpulan pemuda pelajar Indonesia terinspirasi oleh organisasi pemuda di negeri Belanda yang bernama Perhimpunan Indonesia.

Perhimpunan Indonesia benar-benar ingin mencita-citakan kemerdekaan dan persatuan menjadi hidup didalam hati sanubari pemuda.

Baca Juga: Sejarah Singkat Dibalik Tercetusnya Sumpah Pemuda !

Sehingga perkumpulan pemuda Indonesia menganggap Kongres I belum selesai, dan mereka merasa perlu mengadakan kongres lagi.

Kongres itu mereka namakan Kongres Pemuda II.

Sebelum kongres II (Kedua) dilaksanakan, perkumpulan pemuda pelajar ini mengundang perwakilan dari organisasi-organisasi seperti jong java, jong celebes, jong Ambon ke basecamp mereka.

Basecamp mereka adalah rumah indekost milik Sie Kong Lian.

Sie Kong Lian melihat pada awal abad 20 banyak pemuda dari daerah yang berminat sekolah di Batavia, di antaranya di STOVIA (sekolah dokter Jawa).

Hal itulah yang mendasari rumah indekost dibuat oleh Sie Kong Lian, yang selanjutnya menjadi basecamp perkumpulan pemuda pelajar Indonesia.

Barulah setelah itu, diadakan kongres Pemuda Kedua yang dilaksanakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928 di 3 (tiga) tempat.

Tempat pertama, di Katholikee Jongelingen Bond yang sekarang dikenal Gereja Katedral Jakarta.

Baca Juga: Memperingati Hari Sumpah Pemuda 2022: Momen Untuk Mengenang Jasa Para Agen Perubahan

Kedua, di Java Oost Bioscoop yang sekarang menjadi menjadi gedung Mahkamah Agung.

Ketiga, di rumah Indekost milik Sie Kong Lian yang merupakan basecamp pemuda pelajar Indonesia saat itu, yang sekarang menjadi Museum Sumpah Pemuda.

Jadi yang menggagas terjadinya kongres Pemuda kedua adalah anak-anak kost yang tinggal di rumah kost milik SieKong Lian.

Bahasa pengantar yang digunakan saat itu adalah bahasa Belanda. Namun dengan semangat nasionalisme, mereka berusaha menggunakan bahasa Indonesia dan menginginkan bahasa Belanda ditiadakan.

Setelah melalui rangkaian proses satu demi satu peserta sudah menyampaikan pendapatnya, akhirnya Ketua Kongres, Soegondo Djojopoespito menutup rapat dengan keputusan Kongres Pemuda yang menghasilkan sebuah ikrar yang dirumuskan oleh sekretarisnya Mohamad Yamin.

Ikrar itulah yang kita kenal dengan Sumpah Pemuda.

Baca Juga: Hati-hati Menyerupai Umat lain, Begini Cara Menanggapi Perayaan Halloween 2022

Putusan kongres kedua merupakan ikrar kebangsaan para pemuda bahwa mereka bertumpah darah satu tanah Indonesia, mengaku berbangsa satu bangsa Indonesia, dan beritikad menjunjung bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia.

Kongres Pemuda Kedua selain menghasilkan ikrar Sumpah Pemuda, juga menjadikan lagu Indonesia Raya pertama kali dikumandangkan pada Kongres Pemuda Ke-II.

Berikut bunyi naskah Ikrar Sumpah Pemuda 1928

Soempah Pemoeda

PERTAMA.

KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA,

MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG

SATOE, TANAH INDONESIA

KEDOEA.

KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA,

MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE,

BANGSA INDONESIA

KETIGA.

KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA,

MENJOENJOENG BAHASA PERSATUAN,

BAHASA INDONESIA.

 Djakarta, 28 Oktober 1928

Baca Juga: Ember Masuk Deretan Bahasa Gaul, Memang Apa Artinya?

Persatuan dan kesatuan yang diikrarkan harus terus dirawat dan dijaga oleh generasi penerus bangsa.

Demikian ulasan kilascimahi.com yang diperoleh dari berbagai sumber.***

Editor: Kamariah

Tags

Terkini

Terpopuler