Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional Pada 10 November 2022, Ini Profil KH Ahmad Sanusi, Pendiri PUI

5 November 2022, 18:12 WIB
Meraih gelar Pahlawan Nasional pada 10 November 2022, ini profil KH Ahmad Sanusi /

KILASCIMAHI - Akan memperoleh gelar Pahlawan Nasional pada 10 November 2022, simak profil KH Ahmad Sanusi, pendiri Persatuan Ummat Islam (PUI)

Dalam memperingatan Hari Pahlawan pada 10 November 2022, pemerintah akan menganugerahkan KH Ahmad Sanusi sebagai Pahlawan Nasional.

Selain KH Ahmad Sanusi, pemerintah juga akan memberikan anugerah Pahlawan Nasional kepada Dr. dr. HR Soeharto (Jawa Tengah), KGPAA Paku Alam VIII (DIY), dr. R. Rubini Natawisastra (Kalbar), dan H. Salahuddin bin Talabuddin (Maluku Utara).

Untuk mengetahui sosok KH Ahmad Sanusi pendiri PUI ini yang akan memperoleh gelar Pahlawan Nasional pada 10 November 2022 mendatang, simak ulasan kilascimahi.com dari berbagai sumber berikut ini.

Baca Juga: Begini Sosok Tokoh Pahlawan Pada Pecahan Uang Rupiah Kertas Emisi 2022, Yuk Kenali Siapa Saja

KH Ahmad Sanusi merupakan seorang ulama besar yang lahir pada Jumat, 12 Muharram 1306 H, atau tanggal 18 September 1888.

Bukan hanya ulama biasa, KH Ahmad Sanusi juga merupakan seorang habib alias keturunan Rasulullah SAW dari jalur nasab Siti Fatimah.

KH Ahmad Sanusi lahir di Desa Cantayan, Kecamatan Cikembar Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

KH Ahmad Sanusi merupakan anak dari Ajengan KH. Abdurrahim dan Ibu Epok.

Dikutip dari buku “Pendiri, Tokoh Fusi, dan Tokoh PUI” oleh Munandi Saleh, diceritakan Ahmad Sanusi adalah salah seorang ulama pendiri PUI setelah Abdul Halim.

Sejak kecil ia hidup di lingkungan keluarga yang religius. Ayahnya, KH Abdurrahim mendidik Ahmad Sanusi dengan pendidikan agama Islam yang begitu ketat sehingga bisa menjadi hafiz Al-Qur’an saat berumur 12 tahun.

Selain itu, Ahmad Sanudi pun menguasai berbagai disiplin ilmu agama Islam, seperti ilmu nahwu, sharaf, tauhid, fiqh, tafsir, mantig, dan lainnya.

Di usia 17 tahunan, Ahmad Sanusi mulai melanglang buana ke berbagai pesantren yang ada di wilayah Jawa Barat selama 4,5 tahun untuk memperdalam ilmu agama.

Pada tahun 1910 atau beberapa bulan setelah menikah dengan Siti Djuwariyah, Ahmad Sanusi beserta istri berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji.

Pasangan muda ini lalu bermukim di Mekah selama 5 tahun untuk memperdalam dan menambah wawasan keilmuan.

Tak hanya itu, Ahmad Sanusi pun kerap melakukan kontak baik kepada para ulama tingkat internasional maupun para tokoh pergerakan nasional yang sedang mukim di Mekah.

Baca Juga: Habib Rizieq Shihab Langsung Gelorakan Revolusi Akhlak Usai Keluar Dari Penjara

Sepulang dari Mekah pada Juli 1915, Ahmad Sanusi mengabdikan ilmunya di Pesantren Cantayan sekitar 6 tahun.
Kemudian, ia mendirikan Pesantren Syamsul’Ulum Gunungpuyuh Sukabumi yang dipimpin dan dikelola langsung olehnya sampai dengan tahun 1927.

Pada Agustus 1927 dekat Pesantren Syamsul’Ulum Gunungpuyuh, terjadi insiden perusakan dua jaringan kawat telepon yang menghubungkan Sukabumi, Bandung dan Bogor. Peristiwa ini kemudian dijadikan sebagai bukti Pemerintah Hindia Belanda untuk menangkap dan menahannya.

Selama 6 tahun, lalu ia tinggalkan pesantren tersebut karena ditahan selama 15 bulan di penjara Cianjur dan Sukabumi serta di-internir (dibuang) ke Batavia Centrum selama 6 tahun. Ia lalu dipindahkan ke kota Sukabumi dengan status tahanan kota pada tahun 1934.

Selama di penjara dan dibuang, Ahmad Sanusi menjadi seorang penulis yang produktif. Tidak kurang dari 126 judul kitab yang ia tulis dari berbagai disiplin keilmuan.

Pada 1939, keluar Keputusan Gubernur Jenderal Nomor 3 tanggal 20 Februari 1939 yang ditandatangani oleh A.W.L. Tjarda. Isinya menyatakan mengakhiri masa tahanan kota Ahmad Sanusi.

Meski berstatus sebagai ulama, Ahmad Sanusi sangat aktif dalam berbagai lembaga dan kegiatan baik sebagai pendiri dan pelaku maupun sebagai pelaksana, di antaranya menjadi anggota BPUPKI, pengurus Jawa Hokokai (kebangkitan Jawa), pengurus Majelis Syuro’ Muslimin Indonesia (Masyumi), anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), anggota Dewan Penasehat Daerah Bogor (Giin Bogor Shu Sangi Kai), Wakil Residen Bogor (Fuku Syucokan).

Di wilayah Karesidenan Bogor (Bogor Syu), Ahmad Sanusi membidani lahirnya Tentara Pembela Tanah Air (PETA), Badan Keamanan Rakyat (BKR), Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID).

Ahmad Sanusi juga menjadi instruktur pada pelatihan ulama yang diselenggarakan oleh pemerintah militer Jepang sertapendiri Gabungan Usaha-usaha Perbaikan Pendidikan Islam (GUPPI).

Baca Juga: Amalan Sholawat Rabiul Awal yang diijazahkan Langsung oleh Habib Umar bin Hafidz

KH Ahmad Sanusi meninggal dunia pada 31 Juli 1950.

Untuk mengenang jasa-jasanya, Pemerintah Kota Sukabumi mengabadikan namanya menjadi nama salah satu jalan di Kota Sukabumi, yang menghubungkan antara jalan Cigunung sampai dengan Degung, yaitu Jalan K.H.A. Sanusi.

Namanya juga diabadikan menjadi nama terminal tipe A di Jalan Jalur Lingkar Selatan yang berada di Kota Sukabumi.
Pada masa Presiden Soeharto, ia dianugerahi Bintang Maha Putra Utama pada 1996 dan Bintang Maha Putra Adipradana dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2006.

Biodata:

Nama : KH Ahmad Sanusi
Tempat Lahir : Desa Cantayan, Kecamatan Cikembar Cibadak, Sukabumi
Tanggal :Jumat, 12 Muharram 1306 H, atau tanggal 18 September 1888.
Ayah : KH Abdurrahim
Ibu : Epok
Istri : Siti Djuwariyah
Pendiri : Pesantren Syamsul’Ulum Gunungpuyuh
Persatuan Ummat Islam (PUI)

Riwayat Pendidikan Agama

- 6 bulan di Pesantren Selajambe Cisaat yang dipimpin KH. Muhammad Anwar.

- 2 bulan berguru kepada KH. Muhammad Siddik di Pesantren Sukamantri Cisaat.

- 6 bulan berguru pada KH. Djenal Arif/Ajengan Sulaeman/Ajengan Hafidz di Pesantren Sukaraja.
- 12 bulan/1 tahun belajar tasawuf di pesantren Cilaku Cianjur.

- 5 bulan belajar di pesantren Ciajag Cianjur.

- 6 bulan berguru pada KH. Ahmad Satibi di Pesantren Gentur di Desa Jambudipa Kecamatan Warungkondang Cianjur.

- 3 bulan berguru di Pesantren Buniasih Cianjur.

- 7 bulan berguru di Pesantren Keresek Blubur Limbangan Garut.

- 4 bulan di Pesantren Sumursari Garut.

Baca Juga: Link Download Gratis Logo Hari Pahlawan 2022, Lengkap Dengan Tema, Arti dan Makna

- 12 bulan/1 tahun berguru pada KH. Suja’i di Pesantren Gudang Tasikmalaya.

Demikian ulasan mengenai di Hari Pahlawan 10 November 2022, berikut profil KH Ahmad Sanusi, pendiri PUI yang juga keturunan Nabi.

Editor: Riffa Anggadhitya

Tags

Terkini

Terpopuler