Hikmah dari Kisah Rumini

- 10 Desember 2021, 06:11 WIB
Tangkapan Layar Lukisan Uky Tantra dari Facebook @ukytantra
Tangkapan Layar Lukisan Uky Tantra dari Facebook @ukytantra /

KILASCIMAHI - Rumini. Namanya jadi viral membumi setelah amal shaleh dan pengorbanan nyawanya demi membersamai sang ibu saat terjadi erupsi Gunung Semeru Sabtu 4 Desember lalu terungkap ke publik. Rumini meninggal dunia dalam keadaan berpelukan dengan ibunya. Sang anak memilih membersamai ibunya yang lansia dan tak mampu berjalan walau nyawa yang menjadi taruhannya. Kisahnya viral mengharukan dan menjadi perbincangan, jutaan doa dan ekspresi kekaguman terlantun teruntuknya.


Mari kita petik hikmah dari kejadian luar biasa tersebut


Pertama, kisah Rumini mengajarkan kita tentang cinta dan bela Ibu yang luar biasa, ia rela membersamai dan menjaga ibunya saat bencana datang dan orang orang berhamburan ke luar rumah menyelamatkan diri dengan resiko kematian yang datang. Ia tidak tega jika ibunya ditinggal sendirian sedangkan ia lari menyelamatkan diri. Cinta atas dasar iman menjadi motivasi Rumini untuk bertahan membersami sang Ibu. Cinta dan bela ibu adalah bagian dari ibadah dan bakti kepada orangtua yang utama.

Baca Juga: Ada Lukisan Menggugah Jiwa, Rumini yang Tewas Karena Letusan Semeru Banyak Didoakan Warganet
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) terhadap kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah, bahkan menyusukan pula selama kurang lebih 2 tahun. Maka dari itu bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku sajalah tempat kamu kembali”. (QS Luqman : 15).


Kedua, Kisah Rumini mengingatkan kita akan kewajiban berbuat baik kepada orangtua, khususnya ketika mereka sedang ada di masa lansia dan senja. Di masa itulah orangtua membutuhkan perhatian dan pelayanan yang ekstra persis seperti waktu kita masih Balita dulu. Perlu pemahaman, kesadaran dan kesabaran untuk bisa berbuat baik kepada orang tua di masa tua dan senjanya.


Rasulullah Saw bersabda, “Celaka seseorang itu (diulang tiga kali), sahabat bertanya: siapa yang celaka wahai Rasulullah? Beliau menjawab: orang yang mendapati salah satu orang tuanya atau dua-duanya dalam keadaan tua, kemudian (anak tersebut) tidak masuk surga.” (HR Muslim).

Baca Juga: Istigfar Lancarkan Rezeki
Rumini nampaknya paham dengan pesan Nabi tersebut. Baginya Ibunya adalah pintu surganya, sehingga dengan penuh kesadaran dan keyakinan bahwa apa yang dilakukannya adalah bagian dari bakti kepada orang tua bukan bunuh diri.


Ketiga, Kisah Rumini mengingatkan kita pada sosok anak shaleh pada zaman tabi’in yang bernama Uwais Al-Qarni. Pada waktu itu Ibunya lumpuh tidak bisa berjalan, ibunya perlu ditemani dan dilayani, Uwais Al-Qarni membaca peluang dan tantangan ini.

Uwais Al-Qarni bertekad untuk fokus menghabiskan waktunya dalam berbuat baik membersami sang Ibu, mengurus dan melayaninya, bahkan berniat untuk mewujudkan niat besar sang ibu untuk melaksanakan ibadah haji padahal kondisi ibunya lumpuh dan tidak punya uang. Demi mewujudkan niat haji sang ibu tersebut, Uwais Al-Qarni sampai latihan turun naik bukit menggendong seekor anak lembu selama hampir delapan bulan untuk menguatkan ototnya karena kelak sang ibu ia gendong olehnya untuk melaksankan ibadah haji.

Baca Juga: Hati-Hati dengan Dua Nikmat Ini

Halaman:

Editor: Riffa Anggadhitya


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x