Kisah Serka Achmad Syaiful, Rela Tak Ikut Sekolah Perwira, Demi Asuh Anak Yatim Piatu

30 Agustus 2023, 17:12 WIB
Kisah inspiratif Serka Achmad Syaiful, di sela-sela kesibukannya sebagai seorang prajurit TNI, ia juga mengasuh sebuah pondok yatim piatu. //Kilas Cimahi

KILAS CIMAHI - Hadis Nabi yang berbunyi 'khairunnas anfa'uhum linnas' yang berarti sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya, tampaknya menjadi spirit bagi Serka Achmad Syaiful saat memutuskan untuk membangun Pondok untuk anak-anak yatim, piatu dan dhuafa.

Bersama sang istri, dibantu anak dan menantunya, Achmad Syaiful saat ini mengasuh puluhan anak-anak Yatim Piatu dan Dhuafa di Pondok Al-Masyiri, Perum Bojong Endah, Cikasungka, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung.

Di samping pengabdiannya kepada negara sebagai seorang prajurit TNI, ia juga mengokohkan pengabdiannya kepada agama dan masyarakat dengan membangun sebuah pondok yang diperuntukan bagi anak-anak terlantar dan tidak lagi memiliki keluarga yang utuh.

Kisah insipratif Serka Achmad Syaiful dituturkan kepada jurnalis kilascimahi.com saat menghadiri acara peringatan ulang tahun ke-6 Yayasan Kasih Palestina di Grand Cordela Hotel Bandung (29/08). Pada momen tersebut, pondok yatim yang diasuhnya dipercaya untuk menerima bantuan berupa paket sembako.

Merantau ke Bandung, bekerja serabutan, sampai jadi tentara

Pria asal Jember Jawa Timur itu menuturkan, selepas mondok di Pesantren Sidogiri, dirinya memnutuskan pergi merantau ke Bandung untuk mengadu nasib. Di perantauan, ia bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

"Saya pertama ke sini (Bandung, ed.) tahun 1993. Di sini saya kerja apa aja buat cari uang, sampai saya pernah jadi pembantu di sebuah gedung, kerja sapu lantai, ngepel, bersih-bersih," kata Achmad.

Tekad yang bulat, disertai dengan ketekunan yang tinggi akhirnya mengantarkan Achmad Syaiful kepada jalan kehidupan yang tak pernah ia duga. Ia mengikuti seleksi penerimaan Tentara Nasional Indonesia dan lolos menjadi seorang prajurit dari jenjang kepangkatan Bintara.

Dengan statusnya sebagai seorang prajurit, mengantarkan Achmad Syaiful ke berbagai daerah penugasan, salah satunya ke Provinsi Aceh yang saat itu sedang meletus konflik. Kendatipun ditugaskan ke daerah rawan, dirinya tetap menjunjung tinggi prinsip bermanfaat bagi orang lain.

Berbekal ilmu yang diperolehnya saat mondok di pesantren, di Aceh Achmad Syaiful mendirikan sebuah masjid dan membuka pengajian bagi warga setempat. Disela-sela kesibukannya sebagai seorang tentara, ia juga tetap mengabdikan diri kepada masyakarat sekitar.

"Alhamdulilah masyarakat seneng, setiap waktu sholat masjid selalu penuh dengan jamaah. Begitu juga waktu ada pengajian. Orang sana bilangnya mau ke Masjid TNI," kenang Achmad.

Mendirikan Pondok Yatim dan Dhuafa

Setelah melanglang buana ke berbagai daerah penugasan, Achmad akhirnya kembali ke Bandung. Di Bandung, ia tinggal di sebuah perum yang berbatasan dengan perkampungan di kawasan Cikancung, Kabupaten Bandung.

Di tempatnya yang baru pun, Achmad Syaiful tak berhenti untuk menebar manfaat. Mulanya, ia merasa prihatin melihat banyak anak-anak terlantar di sekitar rumahnya.

"Saya lihat-lihat kok banyak anak kecil bilang kasar (kata umpatan), setelah ditelusuri, oh mereka ini sepertinya kurang mendapat asuhan orang tua. Karena ada yang ibunya sudah meninggal, ada yang ayahnya menikah lagi, wah macem-macem, jadi saya coba rangkul mereka," tuturnya.

Semula ia mengajak anak-anak tersebut untuk bermain di rumahnya. Kemudian secara perlahan ia juga memberikan bimbingan keagamaan. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengasuh secara penuh anak-anak yang terlantar tersebut.

"Itu sekitar taun 2007/2008, awalnya saya ajak main, saya ajak makan, nah udah makan saya suruh mereka ngaji, dan alhamdulillah, pokonya saya ingin terus bermanfaaat bagi orang, termasuk ya ngerawat mereka ini," ungkapnya.

Rumah sederhana yang ditempati Achmad Syaiful pun penuh dengan anak-anak. Lambat laun, juga sering kebutuhan akan tempat yang lebih luas, ia sedikit demi sedikit merenovasi rumahnya. Hingga akhirnya saat ini pondoknya memiliki masjid, aula pengajian, dan 'kobong'  untuk tempat tidur para santri. 

Serka Achmad Syaiful saat memberi tausiyah di pondoknya Facebook Pondok Al-Masyiri

Soal biaya operasional pondok, Achmad tak mengiba pada donatur. Dirinya rela menguras gajinya sebagai seorang tentara untuk keperluan pondok. Ia juga membuka usaha katering dan penyewaan alat sound system.

"Saya niat hanya untuk menolong amanah Allah saja, soal nanti gimana-gimana, saya yakin Allah yang memberikan pertolongan ke saya. Ini santri-santri makannya gimana, jajannya gimana, saya sendiri gak tau, tapi selalu ada," tambahnya.

Ia meyakini bahwa keikhlasan hati dalam menjalankan amanah, akan mengantarkannya pada pertolongan Allah Swt. Namun, ia mengaku pantang untuk meminta-minta atau mengarap belas kasihan dari orang.

"Prinsip saya kalau ada rezeki, harus dimakan bersama. Ada titipan dari donatur, saya terima. Ada bantuan dari komandan saya, saya terima. Tapi saya gak mau minta-minta. Saya ini niat menghidupi anak-anak, bukan mengeksploitasi mereka," paparnya. 

Rela tak ikut pendidikan perwira

Selama perjalanannya mengasuh pondok yatim dan dhuafa, asam garam kehidupan banyak dilalui oleh Serka Achmad. Mulai dari kekurangan dana untuk operasional pondok, dituduh menyebarkan paham menyimpang, sampai kehilangan kesempatan untuk naik golongan kepangkatan menjadi perwira. Namun semua itu ia jalani tegar sebagai komitennya untuk mengasuh anak-anak yatim di pondoknya

"Waktu itu, saya ada kesempatan untuk ikut Secapa (Sekolah Calon Perwira, ed.), komandan saya juga sudah semangati saya. Tapi pertimbangan saya, kalo saya ikut pendidikan, itu kan cukup lama, nanti anak-anak (yatim dan dhuafa) bagaimana? Belum lagi nanti konsekuensi harus dipindah tugas," ujarnya.

Tak hanya itu, pria yang saat ini berdinas di Kodim 0618/BS Kota Bandung itu juga tak menghiraukan masa tuanya setelah pensiun nanti. Ia tak memikirkan untuk pulang kampung setelah purna tugas. Bahkan, selama inipun dirinya mengaku tak pernah mudik saat lebaran demi menjaga anak-anak yatim yang diasuhnya.

Santri Pondok Yatim dan Dhuafa Al-Masyiri Facebook Al-Masyiri

"Saya gak bisa mudik, lha kalau mudik mereka gimana? Malah ibu saya saja ketika wafat, itu dimakamkan di sini," ujarnya.

Sampai saat ini, anak-anak yang pernah diasuhnya di Pondok Yatim dan Dhuafa Al-Masyiri, sebagian besar sudah mampu hidup secara mandiri. Di antaranya ada yang kembali ke keluarganya yang masih ada, dan ada juga yang terus mengabdi di pondok.

"Ada yang bekerja di pabrik, ada yang jadi karyawan toko, dan macem-macem lah. Saya ikut senang mereka bisa mandiri, bisa membahagian keluarga mereka kelak, dan yang penting, saya bisa terus menebar manfaat," pungkas Achmad. 

Editor: Titin Kartika Dewi

Tags

Terkini

Terpopuler