Diduga Terjadi Malpraktik di Rumah Sakit Intan Husada Garut, Pasien Alami Kelumpuhan Otot Wajah

11 April 2023, 16:27 WIB
Rumah Sakit Intan Husada Garut /

KILASCIMAHI - Kasus dugaan malpraktek diduga terjadi di Rumah Sakit Intan Husada (RSIH) Kabupaten Garut. Hal ini terjadi setelah salah seorang pasien yang berinisial E mengalami kelumpuhan otot wajah pasca ditangani salah satu dokter di RSIH.

 

Diduga, dokter spesialis THT di RSIH Garut yang menangani E melakukan tindakan diluar prosedur kedokteran yang berdampak terhadap kesehatan pasien.

Akibat tindakan dokter THT RSIH Garut tersebut, pasien E mengalami kelumpuhan wajah dan beberapa keluhan lain yang dirasakan hingga sekarang.

Pengacara ES telah mengajukan somasi kepada pihak RSIH Garut untuk mempertanggungjawabkan tindakan yang diduga malpraktik ini.

Baca Juga: Wajib Tahu! Jasa Marga Sebut Puncak Arus Mudik Lebaran 2023 Terjadi Pada 19 April Mendatang

''Kantor Hukum Cacan Cahyadi SH dan Partners akan melakukan upaya hukum baik pidana dan perdata, apabila tidak ada pertanggungjawaban yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan,''ungkap Cacan Cahyadi, Senin 10 April 2022.

Diketahui, awalnya pasien E pada Sabtu 18 Februari 2023, sekitar jam 9 pagi ES beserta istri dan anak ke-3 sedang tiduran santai di dalam kamar. Pada saat yang sama, tiba-tiba anak yg ke-4 yang berumur 2 tahun masuk ke kamar dan memegang telinga kiri E. Lalu, anak keempat itu memasukan batu baterai jam ke telinga bapaknya tersebut.

Setelah di cek oleh istrinya menggunakan lampu flash handphone, ternyata memang benar ada benda berupa batu batre jam di telinga E.

Karena merasa d rumah tidak ada alat yang memadai maka E langsung mendatangi Puskesmas terdekat untuk segera diambil tindakan. Tapi karena hari Sabtu tersebut merupakan tanggal merah, maka yang ada hanya petugas jaga dan menyarankan untuk ke spesialis THT dikarenakan alat yang tidak memadai di puskesmas tersebut.

Sepulang ke rumah dan memberitahukan kepada istri bahwa hanya ada petugas jaga saja karena penasaran istrinya pun berinisiatif memfoto posisi baterai tersebut yang posisinya masih di rongga atau saluran lubang telinga.

''Pada hari ke 3, tepatnya Senin 20 Februari 2023 saya masih normal dan sehat, meski batu baterai masih berada di telinga saya,''jelas E seperti ditirukan Cacan.

Lalu, E pun mendatangi RS Intan Husada Garut dengan menggunakan sepeda motor untuk periksa ke spesialis THT dr SD disana sekitar jam 10 pagi. Setelah dijelaskan kronologis kejadiannya, dokter SD pun berinisiatif untuk melihat posisi batu baterai dengan esdoskopi.

Bukan sekedar mengecek, ternyata dokter spesialis ini langsung mengambil tindakan untuk mengambil batu baterai akibatnya E merasakan sakit yang luar biasa hingga berteriak. Mendengar itu dokter SD langsung menghentikan tindakan dan menawarkan untuk operasi atau bius saja agar tidak merasa kesakitan dikarenakan takutnya bisa merusak organ telinga.

Akhirnya, dokter SD pun membuatkan jadwal operasi sekitar setelah magrib pada hari yang sama. E pun diarahkan untuk melakukan beberapa prosedur seperti konsultasi ke dokter dalam, rontgen dada, cek darah, menanyakan terkait biaya operasi pada bagian pendaftaran serta ada beberapa berkas yang harus diisi serta di tanda tangani dulu. Kemudian, E pulang dulu ke rumahnya.

Singkat cerita, E kembali ke RS Intan Husada dengan sepeda motor dan langsung dilakukan prosedur inpus di UGD dan akhirnya pada sore hari sekira Magrib, E menjalani operasi.
Saat dilakukan operasi, ternyata batu jam yang tadinya terlihat malah tidak ada dan masuk kedalam dan dokter SD pun mengatakan bahwa operasi tidak berhasil.

Pasca operasi ternyata timbul keluhan lain yaitu E mengalami muntah-muntah dan otot muka menjadi turun seperti struk ringan serta kedipan mata tidak normal di tambah keseimbangan yang tidak stabil.

Berdasarkan hal tersebut dokter THT ini menyarankan supaya E dirujuk ke rumah sakit Borromeus di Bandung. Saat di cek, ternyata benar otot wajah E tidak berfungsi dan ada gendang telinga yang rusak hingga harus dilakukan operasi lanjutan dengan ditambal.

Usai menjalani operasi dan batu jam itu diangkat di rumah sakit Booromeus, E merasa tidak nyaman dengan bentuk wajah yang tidak kembali pasca operasi yang dilakukan di RSIH Garut.

Ditambahkan Cacan, pihaknya selaku kuasa hukum dari E sudah menyurati dan mendatangi RSIH Garut untuk meminta kejelasan apakah tindakan dokter SD dari rumah sakit tersebut sudah sesuai dengan prosedur atau tidak.

Baca Juga: Beberkan Kronologi Kejadian Pembongkaran Kasus Perselingkuhannya, Rihanah Undang Gelak Tawa Netizen

Menurut dia, sudah ada beberapa pertemuan dan tahapan musyarawah yang dilakukan antara pihak kuasa hukum E dengan RSIH Garut. Tapi sayangnya, kata dia, manajamen RSIH Garut yang dipimpin Direktur Utama Drg MH dinilai sangat lamban untuk mencari solusi tercepat dalam pertanggungjawaban.

''Kami akan melakukan upaya hukum baik pidana dan perdata, apabila tidak ada ada pertanggungjawaban yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan,''pungkas dia.

Sementara itu, Dirut RSIH Garut, drg. Muhammad Hasan, MARS tidak memberikan jawaban apapun saat dimintai konfirmasi. Semua chat melalui no whatsApp pribadi drg Muhammad Hasan tidak dijawab sama sekali.

Editor: Riffa Anggadhitya

Tags

Terkini

Terpopuler