Widya mendekati Ayu, di sampingnya ada Bima. Ia terus menerus menendang-nendang dalam posisi terikat itu, layaknya seseorang yang terserang epilepsi.
Matanya kosong melihat langit-langit, mereka berdua terbaring tidak berdaya, sontak Widya ikut menjerit sebelum ada yang menenangkan dari pawon.
Mbah Buyut keluar, ia melihat Widya kemudian memanggilnya.
"Sini ndok, Mbah jek tas gawe kopi" (sini nak, si mbah baru saja selesai membuat kopi)
Mbah Buyut duduk di kursi kayu yang ada di pawon. Ia melihat Widya lama, kemudian mengatakan.
"Koncomu wes kelewatan"
"Pripun mbah?" (bagaimana mbah?)
"Yo opo rasane dikerubungi demit sa'alas?" (bagaimana rasanya di kelilingi makhluk halus satu hutan?)
Mbah Buyut masih mengaduk kopinya, memandang Widya yang tampak mulai kembali kesadaranya.
"Nyoh, diombe sek" (nih, diminum dulu)