Suara gamelan itu, terdengar keras, lengkap dengan suara tertawa yang bersahut-sahutan. Widya melihat sanggar kosong itu, dipenuhi semua yang tidak Widya lihat saat tiba di tempat ini.
Dari ujung ke ujung, penuh sesak, banyak sekali yang dilihat Widya, ada yang melotot, dari yang wajahnya separoh, sampe yang tidak punya wajah.
Dari yang pendek, sampai yang tingginya setinggi pohon beringin. Mereka memenuhi Sanggar dan sekitarnya, Widya mulai menangis.
Suara yang nyaris memenuhi telinga Widya dan hampir membuatnya gila itu tiba-tiba berhenti.
Widya melihat, di depanya ada yang sedang menari. Tarianya hampir membuat semua yang ada disana melihatnya.
Widya menyadari, yang menari itu Ayu. Matanya Ayu sembab, seperti sudah menangis lama, tapi gelagat ekspresi wajahnya seperti menyuruh Widya lari, lari.
Tanpa tahu apa yang terjadi, Widya langsung lari, melewati kerumunan yang sedang melihat Ayu menari di sanggar.
Widya memanjat tempat itu, menangis sejadi-jadinya.sampai di jalan setapak. Widya dengar anjing menggonggong, tidak beberapa lama, anjing hitam keluar dari semak belukar, setelah melihat Widya, anjing itu lari, Widya mengikuti anjing itu.
Widya keluar dari jalan setapak itu, ketika subuh, terlihat dari langit yang kebiruan. Tapi rupanya, Widya salah.