Pada akhirnya, skripsi selesai kemudian Kasim dinyatakan lulus sebagai Insinyur Pertanian.
22 september 1979 di Hotel Salak, Bogor Kasim pun diwisuda.
Hingga pada hari itu di hotel Salak, Wisuda spesial untuk orang spesial. Tidak seperti biasanya, dandanan Kasim pagi itu rapi sekali, setelan jas yang harum lengkap dengan sepatu mengkilap seperti lampu taman yang diberikan temannya membuat Kasim tampak beda. Sangat berbeda. Rambutnya disisir rapi dengan potongan yang cerdas.
Baca Juga: Profil dan Biodata Aulia Sarah, Pemeran Badarawuhi di Film KKN di Desa Penari, Jelmaan Siluman Ular
Setelah proses wisuda selesai, banyak badan yang menawarinya pekerjaan. Teman-temannya yang sudah menjadi petinggi di sini dan di sana pun ikut menawarinya pekerjaan. Namun, semua ditolaknya dengan tegas.
Kasim ingin kembali ke Waimital. Membangun Waimital kembali. Lima belas tahun masih belum cukup baginya. Maka berangkatlah Kasim kembali ke Waimital. Kali ini dengan title Insinyur di depan namanya. Tapi Kasim tak terlalu ambil pusing perihal title.
Beberapa waktu kemudian, Kasim berubah pikiran. Mungkin ia berpikir bahwa lebih baik ia menggodok seribu Kasim lainnya agar perjuangannya dapat ditularkan. Akhirnya ia beralih menjadi dosen di Universitas Syah Kuala, universitas negeri termashur di Aceh hingga akhirnya pensiun pada 1994. Sang pahlawan bagi para petani di Waimital ini meninggal pada 2006 silam.
Baca Juga: Kisah Soekarno dan Petani Bersuku Sunda, Marhaen: Cerita Inspiratif yang Dilupakan
Karena inspirasinya, Kisah hidup Kasim Arifin dibukukan pada tahun 1983. Tak hanya itu, penyair terkenal, Taufik Ismail pun membuatkan sajak dengan judul Kasim Arifin.