KILASCIMAHI - Presiden Jokowi menyinggung soal istilah polusi budaya yang menjangkiti sebagian bangsa Indonesia. Hal itu tersirat dalam pidato kenegaraanya pada Sidang Tahunan MPR di gedung MPR/DPR RI Jakarta Rabu, 16 Agustus 2023.
Istilah polusi budaya disinggung oleh Jokowi, setelah dua hari sebelumnya Senin (14/08) Ia sempat menggelar rapat terbatas dengan sejumlah menteri membahas mengenai polusi udara yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya selama sepekan terakhir.
Di hadapan tamu undangan yang hadir, Jokowi mengutarakan keprihatinannya terkait budaya santun dan budi pekerti luhur bangsa Indonesia mulai hilang. Ia menyesalkan penyalahgunaan kebebasan demokrasi oleh sebagian pihak untuk menebar fitnah.
Baca Juga: Polusi Udara Jakarta Semakin Parah, Pemerintah Bakal Godok Kembali Pemberlakuan WFH
"Kebebasan dan demokrasi digunakan untuk melampiaskan kedengkian dan fitnah. Polusi di wilayah budaya ini, sekali lagi polusi di wilayah budaya ini, sangat melukai keluhuran budi pekerti bangsa Indonesia yang besar," tutur Jokowi.
Lebih lanjut Jokowi mengatakan dirinya melihat mayoritas bangsa Indonesia juga sangat kecewa dengan kondisi polusi budaya tersebut. Namun kendati demikian, ia menyatakan bahwa cacian dan makian yang ada seharusnya membangunkan nurani bangsa untuk bersatu menjaga moralitas ruang publik.
"Bersatu menjaga mentalitas masyarakat sehingga kita bisa tetap melangkah maju, menjalankan transformasi bangsa, menuju Indonesia maju, menuju Indonesia Emas 2045," ujarnya.
Istilah polusi budaya tersebut disinggung Jokowi setelah dirinya mengakui menerima banyak ejekan, makian dan fitnahan di media sosial. Semua hal tersebut adalah permasalahan yang harus ia emban sebagai seorang Presiden.
"Saya tahu ada yang mengatakan saya ini bodoh, plonga-plongo, tidak tahu apa-apa, Firaun, tolol. Ya tidak apa-apa, sebagai pribadi saya menerima saja," aku Jokowi.