Mendengar sabda Rasulullah tersebut, ada salah satu sahabat dari suku Khaza’ah yang bertanya perihal apa saja yang ada pada bulan tersebut? Kemudian beliau menjelaskan,
إِنَّ الْجَنَّةَ لَتُزَيَّنُ لِرَمَضَانَ مِنْ رَأْسِ الْحَوْلِ إِلَى الْحَوْلِ، حَتَّى إِذَا كَانَ أَوَّلُ يَوْمِ رَمَضَانَ هَبَّتْ رِيحٌ مِنْ تَحْتِ الْعَرْشِ، فَصَفَقَتْ وَرَقَ الْجَنَّةِ، فَيَنْظُرُ الْحُورُ الْعِينُ إِلَى ذَلِكَ فَيَقُلْنَ: يَا رَبُّ اجْعَلْ لَنَا مِنْ عِبَادِكَ فِي هَذَا الشَّهْرِ أَزْوَاجًا
Artinya, “Sesungguh, surga berhias untuk bulan Ramadhan, sejak awal tahun hingga tahun berikutnya. Jika tiba awal hari Ramadhan, berembuslah angin dari bawah Arsy, dan menggerak-gerakkan dedaunan surga. Melihat semua itu, bidadari berkata: ‘Wahai Tuhan, jadikanlah dari hamba-hamba-Mu pada bulan ini sebagai suami yang menyenangkan kami dan kami pun menyenangkan mereka.’”
Tidak hanya itu, dalam hadits lain Rasulullah juga menjelaskan perihal sifat-sifat bidadari tersebut.
Imam as-Suyuthi dalam kitab Jam’u al-Jawami’ mengutip hadits tersebut bahwa tidak seorang hamba berpuasa Ramadhan, kecuali akan dinikahkan dengan bidadari surga dalam tenda mutiara yang megah, sebagaimana disifati Allah ‘azza wa jalla dalam firman-Nya,
حُورٌ مَقْصُورَاتٌ فِي الْخِيَامِ
Artinya, “Bidadari-bidadari yang dipelihara di dalam kemah-kemah” (QS Ar-Rahman: 72).
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Rasulullah juga menjelaskan bagian-bagian yang akan didapatkan oleh orang-orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan, sebagaimana disebutkan oleh Imam as-Suyuthi dalam kitab Jam’ul Jawami’, bahwa setiap orang akan mempunyai tujuh puluh perhiasan yang berbeda satu sama lain, diberi tujuh puluh wewangian yang berbeda satu sama lain.