Beribadah Haji Cukup Sekali Saja, Jangan Jadi Haji Pengabdi Setan Kata KH Ali Mustafa Yaqub

11 Mei 2022, 05:00 WIB
Ibadah haji cukup sekali, jangan sampai menjadi haji pengabdi setan kata KH Ali Mustafa Yaqub //nu.or.id

KILASCIMAHI - Almarhum KH Ali Mustafa Yaqub pernah mengkritik umat Islam yang melakukan ibadah haji berkali-kali.

Bahkan, tak segan, KH Ali Mustafa menyebut umat yang seperti ini sebagai Haji Pengabdi Setan.

Banyak orang yang dengan kemampuan ekonomi berlebih menggunakannya untuk menunaikan ibadah haji berkali-kali.

Seperti dikutip dari nucare.id, KH Ali Mustafa menyebutkan ketika jamaah haji pulang dari tanah suci, ia akan berkata ''saya ingin kembali ke mekah dan madinah untuk beribadah haji lagi, atau umroh''.

Baca Juga: 300-400 Jamaah Haji Asal Indonesia Meninggal Setiap Musim Haji, Kemenkes: Tahun Ini Harus Ditekan

Tapi, tidak ada jamaah yang baru pulang dari menunaikan ibadah haji atau umroh akan berkata: Saya ingin beribadah haji sekali saja, seperti Nabi Muhammad SAW''.

Seperti diketahui, Pemerintah Arab Saudi tahun ini mulai membuka lagi pelaksanaan ibadah haji untuk umat muslim di seluruh dunia setelah vakum selama dua tahun akibat pandemi.

Indonesia sendiri memperoleh kuota sebanyak kuota 100.051. Jumlah ini terdiri atas 92.825 kuota haji reguler dan 7.226 kuota haji khusus.

Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam, menunaikannya adalah wajib (bagi yang mampu).

Meski demikian, KH Ali Mustafa menegaskan, bukan berarti ibadah yang masuk dalam rukun Islam ini harus dilakukan berkali-kali.

Dijelaskan KH Ali Mustafa, ibadah haji telah ada sejak masa Nabi Ibrahim, tapi baru diwajibkan bagi umat Islam pada tahun 6 Hijriyah.

Meski demikian, kata KH Ali Mustafa, Nabi Muhammad SAW dan para sahabat belum dapat menjalankan ibadah haji karena saat itu Mekkah masih dikuasai kaum musyrik. Setelah Nabi SAW menguasai Mekkah (Fath Makkah) pada 12 Ramadan 8 Hijriyah, sejak itu beliau berkesempatan beribadah haji.

Baca Juga: Benarkah Hukum Umroh Sebelum Haji Haram Bagi Calon Jamaah Haji? Simak Penjelasan Buya Yahya

Namun Nabi Muhammad SAW tidak beribadah haji pada 8 Hijriyah itu. Juga tidak pada 9 Hijriyah. Pada 10 Hijriyah, Nabi Muhammad SAW baru menjalankan ibadah haji.

Tiga bulan kemudian, Nabi Muhammad SAW wafat. Karenanya, ibadah haji beliau disebut haji wada’ (haji perpisahan).

''Itu artinya, Nabi Muhammad SAW berkesempatan beribadah haji tiga kali, namun beliau menjalaninya hanya sekali. Nabi Muhammad SAW juga berkesempatan umrah ribuan kali, namun beliau hanya melakukan umrah sunah tiga kali dan umrah wajib bersama haji sekali. Mengapa?''ungkap KH Ali Mustafa.

''Sekiranya haji dan atau umrah berkali-kali itu baik, tentu Nabi SAW lebih dahulu mengerjakannya, karena salah satu peran Nabi SAW adalah memberi uswah (teladan) bagi umatnya,''jelas ulama yang pernah menjadi Imam Besar Masjid Istiqlal ini.

Menurut dia, dalam Islam, ada dua kategori ibadah, yaitu ibadah qashirah (ibadah individual) yang manfaatnya hanya dirasakan pelakunya dan ibadah muta’addiyah (ibadah sosial) yang manfaatnya dirasakan pelakunya dan orang lain. 

Baca Juga: KLIK LINK Daftar Nama Calon Jamaah Haji 2022 yang Siap Berangkat
Dijelaskan KH Ali Mustafa, ibadah haji dan umrah masuk kategori ibadah qashirah. Kalau pada saat bersamaan terdapat kesempatan untuk melaksanakan ibadah qashirah dan muta'adiyyah, Nabi Muhammad SAW lebih memilih ibadah muta'adiyyah.

Tak hanya mencontohkan, KH Ali Mustafa menambahkan, Nabi Muhammad SAW juga menjanjikan kepada para penyantun anak yatim akan berada di surga berdampingan dengan dirinya seperti dua jari.

''Sementara untuk haji mabrur, Nabi Muhammad SAW hanya menjanjikan surga, tanpa janji berdampingan bersama beliau. Ini bukti, ibadah sosial lebih utama ketimbang ibadah individual,''tegas KH Ali Mustafa.

KH Ali Mustafa pun meminta kepada umat Islam yang sering melaksanakan haji berkali-kali untuk menunjukkan ayat yang menjadi landasannya beribadah haji berulang kali.

Tak hanya itu, KH Ali Mustafa pun mempertanyakan apakah ibadah haji yang berkali-kali itu mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW?

''Atau sejatinya kita mengikuti bisikan setan melalui hawa nafsu, agar di mata orang awam kita disebut orang luhur?''tanya KH Ali Mustafa.

Apabila motivasi ini yang menjadi landasan melaksanakan haji berkali-kali, KH Ali Mustafa menilai, berarti kita beribadah haji bukan karena Allah, melainkan karena setan.

Tak hanya itu, KH Ali Mustafa pun menjelaskan bahwa banyak orang yang beranggapan, setan hanya menyuruh kita berbuat kejahatan atau setan tidak pernah menyuruh beribadah.

''Mereka tidak tahu bahwa sahabat Abu Hurairah pernah disuruh setan untuk membaca ayat kursi setiap malam. Ibadah yang dimotivasi rayuan setan bukan lagi ibadah, melainkan maksiat,''cetus dia.

Iblis, kata KH Ali Mustafa, memiliki jam terbang yang sangat tinggi dalam menggoda manusia.

Baca Juga: Laknatullah! Gus Miftah Jelaskan Kaum Nabi Luth As LGBT, di Podcast Deddy Corbuzier Berdasarkan Al-Qur'an

Oleh karena itu, Iblis tidak akan menyuruh orang untuk meminum khamr buat yang tidak suka bermaksiat.

''Tapi Iblis menyuruhnya, antara lain, beribadah haji berkali-kali. Ketika manusia beribadah haji karena mengikuti rayuan iblis melalui bisikan hawa nafsunya, maka saat itu tipologi haji pengabdi setan telah melekat padanya,''pungkas KH Ali Mustafa.

Editor: Riffa Anggadhitya

Tags

Terkini

Terpopuler