Saat kampus memintanya untuk menyelesikan studinya, ia mengatakan bahwa dirinya tidak butuh gelar. Namun ia kalah dengan bujuk rayu teman temannya dan mengikutinya meski ia pun mengakui bahwa tak sanggup untuk menyelesaikannya.
Kemudian teman temannya akhirnya berinisiatif mengorek cerita panjangnya yang kemudian diajukan menjadi skripsi.
Butuh 28 jam untuk merekam apa yang Kasim ceritakan. Kemudian ada orang yang mengolahnya menjadi sebuah tulisan bernama skripsi itu.
Pada akhirnya, skripsi selesai kemudian Kasim dinyatakan lulus sebagai Insinyur Pertanian.
22 september 1979 di Hotel Salak, Bogor Kasim pun diwisuda.
Hingga pada hari itu di hotel Salak, Wisuda spesial untuk orang spesial. Tidak seperti biasanya, dandanan Kasim pagi itu rapi sekali, setelan jas yang harum lengkap dengan sepatu mengkilap seperti lampu taman yang diberikan temannya membuat Kasim tampak beda. Sangat berbeda. Rambutnya disisir rapi dengan potongan yang cerdas.
Setelah proses wisuda selesai, banyak badan yang menawarinya pekerjaan. Teman-temannya yang sudah menjadi petinggi di sini dan di sana pun ikut menawarinya pekerjaan. Namun, semua ditolaknya dengan tegas.
Kasim ingin kembali ke Waimital. Membangun Waimital kembali. Lima belas tahun masih belum cukup baginya. Maka berangkatlah Kasim kembali ke Waimital. Kali ini dengan title Insinyur di depan namanya. Tapi Kasim tak terlalu ambil pusing perihal title.