"Awakmu sadar utowo gak, asline, awakmu gowo barang alus sing di anggap tamu nang deso iki, coro alus'e ngunu yo ndok" (kamu sadar atau tidak, sebenarnya, membawa tamu ke desa ini, cara gampangnya gitu)
"Tamu sing mok gowo, iku ngunu seneng ngejak geger ambeh warga deso iki" (tamu yang kamu bawa itu, suka sekali membuat masalah di desa ini)
"masalahe, sing mok gowo iku wes di kunci nang njero Sukmo'mu, nek di jopok, awakmu isok mati" (masalahnya, barang itu sudah terikat di sukma kamu, bila di ambil, bisa mati)
"aku wes ngerembukno karo mbah Buyut, nek barangmu gak usah di jopok, tapi, di culno, selama awakmu masih onok nang kene, barangmu kepisah ambek awakmu" (aku sudah berunding sama mbah Buyut, bila apa yang ada dalam diri kamu, gak usah diambil, tapi di lepaskan saja, selama kamu masih disini, dia tidak akan pergi jauh)
"Barang nopo to mbah?" (barang seperti apa?)
Mbah Buyut mendekati Nur, sebelum, menarik ubun-ubunya, kemudian melemparkanya ke batu itu.
Dari situ Nur menjadi tahu bahwa tubuhnya yang sering letih Kehadiran Mbah Dok di desa itu membuat sosoknya sering melawan makhluk halus yang akan mengganggu Nur.
Hingga kemudian tanpa disadari Nur, dirinya melihat Badarawuhi yang sungkan dan segan pada sosok Mbah Dok. Hal ini terjadi ketika Nur ke dapur dan menemukan Widya tengah berada di sana.
"nyapo Wid awakmu nang kene?" (ngapain kamu wid, ada disini?)