Kamu Rentan Depresi, Takut Terkena Gangguan Jiwa? Berikut Ini Gejala dan Solusinya!

4 November 2022, 19:04 WIB
Rentan Depresi? Takut Terkena Gangguan Jiwa? Kamu Harus Simak Gelaja dan Solusinya Berikut ini /Pexels/Tim Gouw/

KILAS CIMAHI– Tak dipungkiri, berbagai macam masalah hidup seperti pekerjaan, pendidikan dan lain-lain membuat seseorang rentan merasa Depresi dan beresiko terkena gangguan jiwa

Kamu rentan depresi? dan takut terkena gangguan jiwa? berikut ulasan gejala dan solusinya

Kata depresi berkaitan erat dengan masalah gangguan jiwa

Mengalami Depresi secara terus menerus bisa menjadi penyebab seseorang terkena gangguan jiwa

Baca Juga: Sejarah Singkat Ditemukannya Gula, Bahan Makanan Yang Disukai Semua Orang

Depresi lumrah sekali didengar ditelinga masyarakat karena biasa menjadi istilah yang mewakili kondisi seseorang ketika sedang mengalami masalah yang berlarut-larut.

Masalah lainnya seperti putus cinta, masalah keluarga, dan masalah karir sering juga menjadi penyebab depresi.

Gejala seseorang mengalami depresi, seperti stress, mengurung diri, bahkan ada yang sampai berteriak tiba-tiba tak jarang dianggap sebagai gangguan kejiwaan.

Apakah benar depresi termasuk gangguan jiwa?

Seperti apa gejala dan cara mengatasi depresi?

Simak penjelasan di bawah.

Baca Juga: Terheran-heran, Inilah Bahasa Gaul Unik yang Bikin Ngakak, Simak Yuk!

Pertama perlu diketahui dulu apa itu depresi?

Secara harfiah berdasarkan KBBI, depresi diartikan sebagai gangguan jiwa pada seseorang yang ditandai dengan perasaan yang merosot, seperti suram, sedih, dan tertekan.

Dalam jurnal (Maulida et al., 2020) menerangkan bahwa depresi merupakan gangguan mental yang sering terjadi di tengah masyarakat

Depresi bisa ditandai dengan gejala, seperti menurunnya selera makan dan gangguan tidur.

Depresi sendiri tidak bisa dibiarkan atau dianggap sepele karena dapat berimbas kepada kesehatan, dalam hal ini menurunnya kekebalan dan imunitas tubuh.

World Health Organization (WHO), dalam jurnal psikologi (Dianovinina, 2018) memaparkan bahwa depresi termasuk dalam masalah kesehatan mental dan penyebab utama dari tindakan bunuh diri remaja.

Artinya dapat disimpulkan bahwa depresi masuk dalam kategori gangguan jiwa atau gangguan mental yang bisa dialami oleh siapa pun, baik itu remaja dan orang dewasa.

Perlu diingat bahwa gangguan jiwa yang dimaksud bukanlah berarti seseorang itu gila atau sudah tidak waras lagi.

Ada beberapa ciri dan gejala bagi orang yang mengalami depresi.

Baca Juga: Informasi Yang Harus Kamu Ketahui Mengenai CPNS 2023: Peluang antara ASN dan PPPK

Gejala depresi disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya sebagai berikut:

  1. Faktor Genetik

Faktor genetik merupakan faktor bawaan gen atau turunan, hal ini bisa ditandai dengan gejala yang terjadi pada seseorang tersebut pernah dialami juga dengan orang tua atau saudara.

Orang tua yang pernah mengalami depresi dan rentan mengalami gangguan mental cenderung akan mewariskan gen dan sifat tersebut kepada anaknya.

  1. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan memiliki pengaruh lebih besar ketimbang faktor genetik dalam memengaruhi kemungkinan seseorang mengalami depresi.

Seseorang yang memiliki pengalaman buruk dengan lingkungannya, seperti masalah keluarga, masalah pertemanan, dan masalah percintaan lebih rentan mengalami depresi.

Trauma dan luka masa lalu yang berlarut-larut sering kali merupakan penyebab seseorang mengalami depresi.

Gejala depresi biasa ditandai dengan sikap menyendiri, menangis, dan tidak bersemangat melakukan apa pun.

Bahkan, lebih parah adalah kehilangan percaya diri, menyakiti diri sendiri, dan menyimpan keinginan untuk bunuh diri.

Lingkungan pertemanan yang buruk atau toxic bisa membuat seseorang rentang mengalami depresi.

Hal tersebut bisa diperparah oleh  teman-teman yang selalu mem-bully dan diskriminasi dari lingkungan pertemanan.

Baca Juga: Sinopsis Suami Pengganti 4 November 2022: Dita Ketakutan Ditinggal Dion, Ada Apa Dengan Hubungan Mereka?

Kasus ini sering kita jumpai di masyarakat sehingga tidak heran jika kita mendengar berita banyaknya remaja yang berhenti sekolah dan kehilangan kepercayaan diri.

Selain lingkungan pertemanan, lingkungan kerja sering menjadi masalah orang-orang dewasa.

Tekanan kerja yang tinggi, dikejar tenggat waktu, dan pekerjaan yang menumpuk kerap kali menjadi penyebab orang dewasa mengalami depresi.

Gejala yang sering dialami orang dewasa terkait lingkungan pekerjaan biasanya ditandai dengan tidak stabilnya emosi, mudah marah, dan gangguan kesehatan.

Beban kerja dan pikiran yang menumpuk membuat orang dewasa lebih rentan terkena depresi atau gangguan mental.

Contoh paling nyata dapat kita jumpai dari negara sakura, Jepang.

Orang dewasa di sana dituntut untuk bekerja dengan keras, bahkan lembur sehingga sering dijumpai banyak orang dewasa yang meninggal karena kelelahan bekerja.

Belum lagi karena beban tuntutan hidup yang  membuat orang dewasa di Jepang melampiaskan depresi dengan minuman keras dan free sex.

Aktivitas tidak sehat tersebut dapat memengaruhi kesehatan dan menimbulkan penyakit.

Kasus lebih parah adalah hikikomori, di mana baik remaja atau pun orang dewasa memilih mengasingkan diri dari dunia luar.

Kegiatan tersebut dilakukan dengan mengurung diri di dalam kamar dalam kurun waktu yang sangat lama, terkadang bisa berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.

 Baca Juga: Mimpi Tiba-tiba Menikah, Apa Ya Artinya? Begini Penafsiran Arti Mimpi Menikah Menurut Para Ulama Islam  

  1. Faktor Psikologis

Keadaan psikis seseorang bisa disebabkan berbagai hal sehingga mengalami gangguan mental yang berujung depresi.

Bisa dipengaruhi kondisi zat kimia di otak atau  neurologis dan bisa juga dipengaruhi oleh lingkungan.

Brogan: 2014 dalam (Dianovinina, 2018) menjelaskan bahwa peneliti terdahulu menemukan fakta tentang depresi.

Ternyata peningkatan kadar oksitosin yang berkombinasi dengan penurunan sensitivitas kortisol berkaitan dengan penyebab penyakit gangguan jiwa atau mental.

Hal yang dapat ditimbulkan adalah depresi melankolis, depresi postpartum, dan gangguan bipolar.

Pengalaman buruk dari lingkungan, seperti pernah dilecehkan, di-bully, mengalami diskriminasi, dan intimidasi, bisa turut berpengaruh.

Kejadian-kejadian buruk tersebut sering meninggalkan trauma mendalam yang memengaruhi kondisi psikis seseorang.

Selain itu self esteem dan self efficacy individu turut berpengaruh, seseorang yang rendah diri dan tidak menyukai kondisi diri sendiri bisa menjadi stress dan depresi.

Gejala ini dapat dilihat dari sikap tidak berani bertemu orang lain, membandingkan diri dengan orang lain, dan selalu gelisah tentang diri sendiri.

 Baca Juga: Dibintangi Refal Hady Dan Tatjana Saphira, Inilah Biodata Pemain Film Horror Perempuan Bergaun Merah

Cara mengatasi depresi

Penelitian yang dilakukan (Prizza Priyanti et al., 2021) menyatakan hasil bahwa kecenderungan antara laki-laki dan perempuan mengalami stress atau depresi memiliki persentase yang sama.

Perbandingan itu berjumlah 50 persen.

Akan tetapi dalam hal kerentanan terkena depresi, ternyata  lebih sering dialami oleh perempuan.

Penelitian Masdar, dkk, dalam (Prizza Priyanti et al., 2021) menjelaskan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara jenis kelamin responden dan depresi.

Depresi lebih sering dialami perempuan ketimbang laki-laki disebabkan oleh beberapa faktor.

Perempuan itu kurang asertif dan cenderung memiliki kemampuan yang rendah dalam memimpin dibandingkan laki-laki.

Dibandingkan dengan laki-laki perempuan lebih sering menggunakan coping ruminatif.

Artinya perempuan lebih memusatkan kepada simptom-simptom depresi yang dialaminya.

Sedangkan laki-laki seringkali mengalihkan kepada kegiatan fisik dan agresif, seperti olahraga, mendaki, dan bermain.

 Baca Juga: Viral! Film Horror Perempuan Bergaun Merah, Berikut Sinopsis Dan Daftar Pemerannya

Berikut cara-cara yang bisa dijadikan referensi dalam mengatasi stress dan depresi:

  1. Konsultasi dengan Dokter dan Psikolog

Kerap kali kita menganggap remeh masalah depresi sehingga enggan atau malu untuk berkonsultasi dengan ahli dan pakar.

Setidaknya dengan berkonsultasi kita bisa mengetahui kemungkinan penyebab dan terapi penanganan yang tepat.

Kita bisa mendapatkan evaluasi kejiwaan terkait gejala, pikiran, perasaan, serta pola perilaku kita sehingga dapat diberikan intervensi atau sekadar saran yang tepat.

Selain itu tenaga medis memiliki metode khusus untuk menangani seseorang yang didiagnosa mengalami depresi, seperti dengan tes laboratorium untuk menguji tiroid.

Kita bisa mendapatkan arahan praktis atau obat-obatan, seperti antidepresan seandainya kondisi kita memang sangat tidak stabil dan rentan.

 

  1. Mengalihkan masalah dengan kegiatan-kegiatan produktif dan agresif

Alihkan beban masalah sejenak dengan kegiatan-kegiatan yang dapat mengembalikan gairah kehidupan.

Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan, seperti olahraga, bermain bola, bulutangkis, atau sekadar joging mengitari kompleks perumahan.

Dengan berolahraga otak akan memproduksi hormon serotonin dan dopamin.

Hormon tersebut sering disebut hormon kebahagiaan karena bisa membuat suasana hati menjadi bahagia.

Selain itu olahraga dapat membuat pikiran menjadi jernih dan tubuh lebih segar.

Pastikan melakukan olahraga yang tidak membuat kita bertambah stress.

Hindari terlalu kompetitif dalam olahraga dengan terlalu ambisius mengejar kemenangan.

Fokuskan diri untuk mengeluarkan keringat dan menikmati permainan dalam olahraga yang dipilih.

Kegiatan lain yang berhubungan dengan seni juga bisa dilakukan, jika suka melukis, bernyanyi, atau menjahit, maka lakukanlah.

Kegiatan tersebut dapat mengalihkan fokus kita yang sebelumnya terpusat pada masalah menjadi lebih berpusat terhadap kegiatan berseni.

 Baca Juga: Ridwan Kamil Juara Pemimpin Terpopuler di Anugerah Humas Indonesia 2022

  1. Cukup tidur dan mengonsumsi makanan mengandung probiotik

Berikanlah tubuh kita waktu tidur yang cukup agar tidak mengalami kelelahan berkepanjangan.

Setidaknya waktu tidur ideal adalah berkisar enam sampai delapan jam per hari.

Beberapa makanan mengandung probiotik juga bisa membantu mengurangi depresi.

Nikmatilah keju, kacang-kacangan, dan kubis atau beberapa sayuran lainnya.

Sayuran yang mengandung zat besi juga baik untuk dikonsumsi, seperti bayam.

Bisa juga dengan mengonsumsi makanan khas Indonesia, yaitu tempe.

Selain mudah didapatkan dan murah, tempe mengandung probiotik yang berguna untuk mengurangi depresi.

 

Kesimpulannya depresi bisa dikategorikan dalam gangguan jiwa atau mental dalam sisi psikologi.

Hal ini bukan berarti seseorang tersebut sudah gila, karena untuk mengukur tingkat stress dan depresi seseorang perlu pemeriksaan dan psikoanalisa.

Jika merasa depresi yang dialami sudah sangat berat jangan sungkan untuk berkonsultasi dengan psikolog atau ahli

Teruslah berpikir positif dan ketahuilah bahwa tidak mengapa seberapa besar masalah yang dihadapi karena kita memiliki Tuhan Yang Maha Besar.

***

 

 

 

Editor: Baiq Aprilia Intan Sinara H.

Tags

Terkini

Terpopuler