Hakikat Puasa Tidak Hanya Menahan Lapar! Namun Juga Menjaga Diri Dari Perkara Yang Sia-sia, Ini Penjelasannya

- 1 April 2023, 20:44 WIB
Hakikat Puasa
Hakikat Puasa /Facebook /Guru Muslimah Inspiratif

KILASCIMAHI - Tidak terasa puasa Ramadhan 2023, sudah memasuki 10 malam kedua. Artinya, Ramadhan terus saja berjalan, lalu bagaimana dengan amal?

Apakah amalan di bulan Ramadhan ini, meningkat? Atau hanya sekedar puasa menahan diri dari lapar? Sedangkan anggota badan lainnya dibiarkan terus saja bermaksiat?

Tangan memang menahan diri dari mengambil makanan, namun sayang tidak selamat dari mengambil hak orang lain. Mulut enggan makan, namun sayang tetap menggunjingkan satu sama lain? Lalu apa yang arti dari puasa sebenarnya, jika selama Ramadhan masih aktif melaksanakan dosa?

Baca Juga: Sering Membaca Kalimat Innama Amruhu Idza Aroda Syaian Ayyakulalahu Kun Fayakun? Ini Arti Surat Yasiin Ayat 82

Agar kamu, tidak mengerjakan amalan secara sia-sia saat Ramadhan ini. Dan agar tidak hanya puasa menahan lapar, sebaiknya simak ulasan berikut ini, sebagaimana disampaikan oleh ustaz Yuana Ryan Tresna, dalam Facebook Guru Muslimah Inspiratif.

Dalam sebuah hadis disebutkan,

حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ أَبِي الزِّنَادِ، عَنْ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ رِوَايَةً قَالَ:

إِذَا أَصْبَحَ أَحَدُكُمْ يَوْمًا صَائِمًا فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ فَإِنْ  امْرُؤٌ شَاتَمَهُ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ إِنِّي صَائِمٌ.

Telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb, telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah, dari Abu Zinad, dari Al A’raj, dari Abu Hurairah—secara riwayat (menukil dan menceritakan hadits dari Nabi)—beliau SAW. berkata, “Apabila salah seorang dari kalian berpuasa di suatu hari, janganlah ia berkata-kata kotor dan berbuat kesia-siaan. Apabila ia mencaci seseorang atau menyerangnya, hendaklah ia mengatakan, 'Sesungguhnya saya sedang berpuasa.'"  (HR Muslim no. 1941).

Baca Juga: Nominal THR Pekerja Atau Buruh Perusahaan Menurut Surat Edaran Menaker

Puasa bukan hanya menahan lapar dan haus. Jika ditinjau dari kacamata fikih, puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa, disertai niat, dimulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari.

Jika hanya melihat fikih, selama orang tidak melakukan sesuatu yang membatalkan puasa, maka puasanya sah. Akan tetapi, ingatlah bahwa puasa bukan hanya berkutat pada hal-hal yang bersifat jasmani, seperti tidak makan, tidak minum, tidak bersenggama, tidak mengeluarkan sperma, tidak muntah dengan sengaja, dan hal lain yang membatalkan puasa. 

Disebut puasa yang berkualitas apabila disertai dengan menahan hawa nafsu, seperti sabar, tidak marah, menahan untuk tidak berkata kotor, dan menahan emosi agar tidak berbantah-bantahan apalagi bertengkar!

Jika hawa nafsu dapat ditahan, barulah puasa itu bernilai dan berpahala. Jika sedang berpuasa dan masih saja bertengkar dan marah-marah, sangat dimungkinkan puasa tersebut hanya menahan lapar dan haus, tidak bernilai, tidak berefek positif, hanya tataran fikih saja sehingga sangat berpotensi hilangnya pahala. 

Baca Juga: Doa Disebut Sebagai Murninya Ibadah Kepada Allah SWT, Mengapa Demikian? Berikut Penjelasannya!

Demikianlah ulasan mengenai, bagi seharusnya menjalani ibadah puasa Ramadhan, agar tidak hanya menahan lapar. Namun juga sebaiknya, menjauhkannya diri dari perkara yang sia-sia.***

 

(Sumber: Pusat Kajian Hadis)

 

Editor: Kamariah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x