“Pripun mbah?” (bagaimana mbah?)
“yo opo rasane di kerubungi demit sa’alas?” (bagaimana rasanya di kelilingi makhluk halus satu hutan?)
Mbah Buyut masih mengaduk kopinya, memandang Widya yang tampak mulai kembali kesadaranya, “nyoh, di ombe sek” (nih, di minum dulu)
Widya menyesap kopi dari mbah Buyut, tiba-tiba rasa pahit yang monohok membuat tenggorokan Widya seperti di cekik, membuat Widya memuntahkanya, begitu banyak muntahan air liur Widya yang keluar, ia melihat mbah Buyut yang tampak mengangguk. seperti memastikan.
“koncomu, ngelakoni larangan sing abot, larangan sing gak lumrah gawe menungso opo maneh bangsa demit” (temanmu, melakukan pantangan yang tidak bisa di terima manusia, apalagi bangsa halus) kata mbah Buyut sembari geleng kepala.
“paham ndok” (paham nak)
Widya mengangguk.
“Sinden sing di garap, iku ngunu, Sinden kembar, siji nang cidek kali, siji’ne nang enggon sing mok parani wingi bengi” (Sinden yang kamu kerjakan, itu kembar, satu di dekat sungai, satu yang kemarin malam kamu datangi)
Baca Juga: Viral, Apa Itu Card Holder yang Lagi Trending di Google Trends dan Ternyata Ini Lho Harganya
“eroh opo iku sinden?” (tahu kegunaan Sinden?)