Kisah Menyeramkan Saat Widya Mengikuti Bima dalam Film KKN di Desa Penari, Dengar Suara Gamelan di Hutan

- 15 Mei 2022, 19:35 WIB
Kisah mengerikan part 1 saat Widya mengikuti Bima di film KKN di Desa Penari saat mendengar suara gamelan di tengah hutan
Kisah mengerikan part 1 saat Widya mengikuti Bima di film KKN di Desa Penari saat mendengar suara gamelan di tengah hutan /Instagram/@adindathomas

KILASCIMAHI - Saat mengikut kegiatan KKN di Desa Penari, salah satu mahasiswa bernama Bima yang menyukai salah satu teman sekelompok dalam KKN yaitu Widya.

Widya menjadi sosok yang coba didekati oleh Bima saat KKN di Desa Penari.

Bima akan melakukan cara agar bisa mendapatkan Widya di KKN di Desa Penari.

Salah satunya membuat perjanjian dengan Badarawuhi, sosok siluman ular penguasa di lokasi KKN di Desa Penari.

Baca Juga: Pengabdi Setan 2 Communion Bakal Rilis Agustus Ini, Akankah Mengalahkan KKN di Desa Penari?

Berikut ini KilasCimahi.com akan sajikan alur cerita kengerian yang dialami Widya saat mengikuti Bima yang akan membuat perjanjian dengan Badarawuhi.

Tulisan ini berdasarkan kisah nyata yang ditulis ulang oleh akun twitter SimpleMan.

Malam sangat dingin, dingin sekali. Hanya kabut di tengah kegelapan yg bisa Widya lihat. Butuh perjuangan keras untuk sampai di puncak Tapak Tilas.

Widya hanya melihat satu jalan setapak, kelihatanya tidak terlalu curam, namun rupanya butuh ekstra perjuangan juga.

Baca Juga: Pria Ini Hilang Saat KKN di Pulau Seram Selama 15 Tahun, Kisahnya Lebih Tragis Dibanding KKN di Desa Penari

Disana, Widya merasakan ada yang tidak enak dari tempat ini. Semakin kentara, hal itu membuat Widya merinding.

Jalan setapak itu tidak terlalu besar. Di kanan-kiri ditumbuhi rumput dan tumbuhan yang tingginya hampir sebahu Widya.

Dari sela tumbuhan dan rumput, Widya bisa melihat hutan yang benar-benar hutan. Pohon menjulang tinggi dengan tumbuh-tumbuhan di sekitarnya yang tidak tersentuh.

Sangat mudah mengikuti Bima, karena hanya tinggal mengikuti jalan setapak. Namun, setiap kali Widya berjalan, selalu saja dari balik semak atau rerumputan, seperti ada yang bergerak-gerak.

Kadang ketika Widya mencoba memandangnya, suara itu lenyap begitu saja.

Baca Juga: Tubuh Kamu Punya Khodam Seperti Nur KKN di Desa Penari? Simak 5 Ciri Berikut Menurut Islam

Tanahnya keras, dan lembab. Namun Widya terus menembus jalanan itu, semakin lama semakin dingin, dan sudah beberapa kali Widya berhenti untuk menghela nafas panjang.

Jalanan ini, sepeti tidak berujung, namun, bila kembali Widya tidak akan tahu apa yang dikerjakan Bima disini.

Hal yang cukup disesali Widya hanya satu. Ia hanya mengenakan sandal selop. Memang, apa yang Widya lakukan malam ini spontan, karena penasaran, tanpa persiapan, tanpa teman.

Dan sesal itu, kian bertambah saat Widya mulai mendengar gending.

Ya. Suara yang familiar, nada yang dimainkan adalah kidung yang Widya dengar saat ia berada di bilik mandi, bersama Nur, sedangkan alunan gamelan yang dimainkan adalah alunan yang sama saat Widya mencuri pandang pada penari yang menari di malam saat dia bersama Wahyu.

Baca Juga: Merinding Versi Widya Part 1, Suara Gamelan Di Hutan Saat Mengikuti Bima Bertemu Badarawuhi KKN di Desa Penari

Semakin menjadi-jadi, semakin jauh suaranya semakin jelas, dan semakin jelas suaranya, semakin ramai bahwa disana, Widya tidak sendirian.

Namun, yang Widya temui adalah ujung Tipak Talas, yaitu sebuah tumbuhan yang ditanam tepat di jalan setapak.

Tumbuhan itu, adalah tumbuhan beluntas. Tumbuhanya kecil, tapi rimbun, samping kiri kanan, sudah gak bisa di lewati, kecuali bila membawa parang, dan tentu saja butuh waktu yang lama untuk membabat semak belukar.

Namun, wangi tumbuhan beluntas yang seharusnya langu, namun yang ini wanginya seperti aroma melati.

Baca Juga: Jadwal dan Harga Tiket Film KKN di Desa Penari Bioskop XXI Yogyakarta, Hari Ini, Minggu 15 Mei 2022

Seperti tidak sadar, Widya sudah mengunyah daun itu, dan terus mengunyah. Widya baru sadar saat tenggorokanya tersayat batang beluntas yang tajam, dan di balik tumbuhan itu, Widya melihat jalan menurun.

Pantas saja ia hanya bisa melihat ujung jalan setapak berhenti disini. Jadi, jalan menurunya ditutup oleh banyak sekali tumbuhan beluntas.

Saat Widya menuruninya, ia sampai harus berdarah-darah meraih tanaman beluntas yang dililit tali puteri.

Di bawahnya, dia melihat Sanggar yang diceritakan Ayu dulu. Sanggarnya benar-benar berantakan. Ada 4 pilar kayu jati yang dipangkas segi 4, memanjang ke atas dengan atap mengerucut.

Baca Juga: Inilah Asal Muasal Badarawuhi Bisa Menjadi Penguasa di Lokasi KKN di Desa Penari

Sari jauh terlihat seperti bangunan balai desa, namun lebih besar dengan lantai panggung.

Disana, suara gamelan terdengar jelas sekali, seperti sumber suara gamelan itu ada di bangunan ini.

Saat Widya mendekatinya, meski ragu, ia merasa kehadiranya tidak sendirian. Ramai, seperti tempat ini penuh sesak, namun tidak ada siapapun disana, hanya dia sendiri, yang berjalan mendekati

Tepat ketika Widya menginjak anak tangga pertama, suara gamelan, berhenti, sunyi senyap, hening sekali.

Baca Juga: Apakah Wujud Asli Sosok Badarawuhi KKN di Desa Penari Berbentuk Ular? Ini Gambaran Om Hao

Keheningan itu benar-benar menganggu Widya, kehadiranya seperti tidak diterima disini.

Namun Widya memaksa untuk tetap melihat, dan saat itu Widya mendengar seseorang menangis. Suaranya familiar, seperti suara orang yang ia kenal.

Ayu. Widya baru mengingat sesuatu yang paling ganjil selama KKN disini, Ayu.

Ayu tidak pernah sekalipun cerita apapun tentang desa ini, sesuatu yang ganjil yang menganggunya. Sebaliknya, Ayu menentang semua yang tidak masuk akal di desa ini.

Tapi, di malam ketika mereka berdebat mendengar suara gamelan, Ayu pasti berbohong. Ayu sebenarnya juga tahu dan mendengarnya secara langsung, Ayu lebih tahu tentang semua ini, jauh di atas yang lain, termasuk apa yang Bima lakukan selama ini.

Baca Juga: Apa Hubungan Sebenarnya Nur di KKN di Desa Penari dengan Mbak Dok, Berikut Penjelasan Frissly Herlind

Seperti menangkap angin, ada suara tangisanya namun tak ada wujud. Dimanapun Widya mencari, tetapi tempat sesunyi dan sesepi itu, masih terasa ramai bagi Widya, seperti ia ditatap dari berbagai sudut.

Widya melihat dari jauh, di bawah sanggar ada sebuah gubuk, berpintu. Widya mendekatinya, namun enggan membukanya.

Ia mengelilingi gubuk itu, dari dalam gubuk, terdengar suara Bima diikuti suara perempuan mendesah. Sangat jelas, namun Widya tidak bisa melihat apa yang ada di dalam sana.

Leher Widya perlahan semakin berat, dan berat. Saat Widya masih bersusah payah mencari cara untuk melihat, nasib baik, Widya menemukan beberapa celah kecil untuk mengintip.***

Editor: Intan Augustine Aida Suphi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah