Mbah Buyut Sempat Awasi Siluman Ular Badarawuhi Dalam Kisah Asli KKN di Desa Penari, Simak Penjelasannya

31 Mei 2022, 17:00 WIB
Mbah Buyut Sempat Awasi Siluman Ular Badarawuhi Dalam Kisah Asli KKN di Desa Penari //Youtube/Ray Buat Trailer

KILASCIMAHI - Sebelum menjadi penguasa hutan, siluman ular Badarawuhi sempat berada dalam pengawasan Mbah Buyut dalam kisah asli KKN di Desa Penari.

Mbay Buyut adalah warga sepuh di desa tersebut dalam kisah asli KKN di Desa Penari, dengan mengintai penguasa hutan yaitu sosok siluman ular Badarawuhi.

Bagaimana siluman ular Badarawuhi berada dalam pengawasan Mbah Buyut dalam kisah asli KKN di Desa Penari?

Beberapa makhluk ghoib mencoba untuk mengganggu desa tersebut namun ditangkis oleh Mbah Buyut yang juga memiliki ilmu ghoib.

Baca Juga: Harusnya Bukan Tissa Biani Berperan Sebagai Nur di Film KKN di Desa Penari, Melainkan Laudya Cynthia Bella

Nur dan Widya salah satu contoh orang yang dibantu oleh Mbah Buyut dari gangguan makhluk ghoib yang ingin membawa jiwa mereka oleh Badarawuhi.

Mbah Buyut juga merasa kasihan terhadap mereka yang berniat baik untuk menyelesaikan program studi universites dengan KKN(kuliah kerja nyata).

Meski sikap menyeramkan layaknya hantu, tapi Mbah Buyut sangat baik melindungi Nur dan Widya beserta penduduk setempat dari gangguan para siluman termasuk Badarawuhi di Desa Penari.

Dalam thread SimpleMan menjelaskan bagaimana bisa Badarawuhi lolos dari pengawasan Mbah Buyut.

Berikut kronologi Badarawuhi lolos dari pengawasan Mbah Buyut.

Widya tidak menjawab apa yang pak Prabu tanyakan, si ibuk juga menenangkan pak Prabu agar tenang, sembari menggiring Widya masuk ke rumah, Widya mendengar Nur menjerit, menangis, seperti kesetanan.
saat Widya masuk dan melihat apa yang terjadi, Widya melihat ruangan itu di penuhi orang yang duduk bersila, mereka mengelilingi 2 orang yang terbujur, tubuhnya di tutup selendang, di ikat dengan tali putih, menyerupai kafan, Wahyu dan Anto menatap kaget saat Widya masuk.
“Wid, tekan ndi awakmu?” (darimana kamu Wid?) ucap Nur yang langsung memeluk Widya.

“onok opo iki Nur?” (ada Apa ini Nur)

Nur menutup mulutnya, tidak tau harus memulai darimana, sampai Wahyu berdiri, “Ayu Wid, Nur lihat Ayu, tiba-tiba terbujur kaku, matanya tidak bisa di tutup”
Widya mendekati Ayu, di sampingnya ada Bima, ia terus menerus menendang-nendang dalam posisi terikat itu, layaknya seseorang yang terserang epilepsi, matanya kosong melihat langit-langit, mereka berdua terbaring tidak berdaya, sontak Widya ikut menjerit sebelum ada yg menenangkan
dari Pawon, mbah Buyut keluar, ia melihat Widya kemudian memanggilnya.

Baca Juga: Sutradara Awi Suryadi Jelaskan, Alasan Anton Tidak Diganggu Badarawuhi dalam Kisah Asli KKN di Desa Penari

“sini ndok, Mbah jek tas gawe kopi” (sini nak, si mbah baru saja selesai membuat kopi)

mbah Buyut, duduk di kursi kayu yang ada di pawon, ia melihat Widya lama, kemudian mengatakanya. “Koncomu wes kelewatan”
“Pripun mbah?” (bagaimana mbah?)

“yo opo rasane di kerubungi demit sa’alas?” (bagaimana rasanya di kelilingi makhluk halus satu hutan?)

Mbah Buyut masih mengaduk kopinya, memandang Widya yang tampak mulai kembali kesadaranya, “nyoh, di ombe sek” (nih, di minum dulu)
Widya menyesap kopi dari mbah Buyut, tiba-tiba rasa pahit yang monohok membuat tenggorokan Widya seperti di cekik, membuat Widya memuntahkanya, begitu banyak muntahan air liur Widya yang keluar, ia melihat mbah Buyut yang tampak mengangguk. seperti memastikan.
“koncomu, ngelakoni larangan sing abot, larangan sing gak lumrah gawe menungso opo maneh bangsa demit” (temanmu, melakukan pantangan yang tidak bisa di terima manusia, apalagi bangsa halus) kata mbah Buyut sembari geleng kepala.

“paham ndok” (paham nak)

Widya mengangguk.
“Sinden sing di garap, iku ngunu, Sinden kembar, siji nang cidek kali, siji’ne nang enggon sing mok parani wingi bengi” (Sinden yang kamu kerjakan, itu kembar, satu di dekat sungai, satu yang kemarin malam kamu datangi)

“eroh opo iku sinden?” (tahu kegunaan Sinden?)
“mboten mbah” (tidak tahu mbah)

“Sinden ku, enggon adus’e poro penari sak durunge tampil. nah, Sinden sing cidek kali, gak popo di garap, tapi, sinden sing sijine, ra oleh di parani, opo maneh sampe di gawe kelon”
(Sinden itu tempat mandinya para penari sebelum tampil, nah, sinden yang di dekat sungai tidak apa-apa di kerjakan, tapi, sinden yang satunya, tidak boleh di datangi, apalagi di pakai kawin)
“Widya ngerti, sopo sing gok Sinden iku?” (Widya tahu siapa yang ada di sinden itu)

Baca Juga: Begini Kisah Cerita Sewu Dino yang Dikenal Lebih Seram Dari KKN di Desa Penari Karya SimpleMan

Widya diam lama, sebelum mengatakanya. “Ular mbah”

“nggih. betul” “sing mok delok iku, ulo-anak’e Bima karo” (yg kamu lihat itu, adalah anaknya Bima sama)

“Ular itu mbah”

mbah buyut mengangguk
“iku ngunu, mbah sing kecolongan, Widya mek di dadekno Awu awu, ben si mbah ngawasi Widya, tapi mbah salah, koncomu iku sing ket awal wes di incer karo” (itu, mbah yang kecolongan, Widya cuam di jadikan pengalih perhatian, biar si mbah ngawasi kamu, tapi mbah salah, dari awal,
yang di incar sama)

mbah Buyut diam lama, seperti tidak mau menyebut nama makhluk itu. “

“ngantos, yo nopo mbah, Ayu kale bima saget mbalik?” (lalu bagaimana mbah, apa Ayu sama Bima bisa kembali?)

“isok isok” kata mbah Buyut, “sampe balak’e di angkat”
“balak’e di angkat mbah” (bencananya di angkat) kata Widya, bingung.

“Bima ambek Ayu wes kelewatan, sak iki, kudu nanggung opo sing di lakoni” (Bima sama Ayu sudah kelewatan, sekarang, dia harus menanggung apa yang dia perbuat)

Editor: Dwi Surya Andhika

Tags

Terkini

Terpopuler