Rupanya Bima Pernah Satu Pesantren dengan Nur dalam Kisah KKN di Desa Penari, Begini Ulasannya

26 Mei 2022, 09:50 WIB
Rupanya Bima pernah satu pesantren dengan Nur, begini ulasannya //Instagram/@kknmovie

KILASCIMAHI - Rupanya Bima pernah satu pesantren dengan Nur dalam kisah nyata KKN di Desa Penari, begini kata Nur dalam cerita KKN di Desa Penari versi Nur.

Tak menyangka, bahwa Bima benar-benar salah satu alumni pesantren dengan Nur dalam kisah KKN di Desa Penari.

Diketahui, dengan nekatnya bersekutu dengan Badarawuhi sang silumar ular penguasa di lokasi KKN di Desa Penari untuk mendapatkan Widya.

Aksi yang dilakukan Bima terhadap Badarawuhi dengan melakukan sesajen, aksi itu diketahui langsung oleh Nur dalam kisah KKN di Desa Penari.

Baca Juga: Gara-Gara Darah Ayam, Syuting Film KKN di Desa Penari Sempat Berantakan 'Diganggu Pasukan' Badarawuhi?

Kisah ini merupakan pengalaman nyata yang dialami 6 mahasiswa saat melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN) di salah satu desa terpencil di wilayah Banywangi, Jawa Timur.

Kisah ini ditulis ulang oleh akun twitter SimpleMan pada 2019 lalu dan viral.

Bahkan, cerita ini diadaptasi dan booming sehingga menjadikan film KKN di Desa Penari dinobatkan sebagai film terlaris sepanjang masa.

Dalam thread SimpleMan, disebutkan sejak awal Bima sudah menaruh hari kepada Widya sejak pertama kali melaksanakan KKN.

Baca Juga: Tak Hanya Pemain Ternyata Sarah Wijayanto Juga Bertemu Seperti Badarawuhi dalam Kisah KKN di Desa Penari

Hal ini terlihat dari beberapa kali Bima menanyakan kepada Nur, sahabatnya tentang Widya.

Suatu hari, Bima mendatangi lokasi Tapak Tilas yang terlarang untuk dimasuki. Bahkan warga desa setempat pun tak ada yang berani masuk ke sana.

Di sana, Bima mengaku kepada Nur bahwa ia bertemu dengan sosok penari cantik.

Penari ini bersedia membantu Bima untuk mendapatkan Widya. Caranya, ia menyerahkan kawaturih, mahkota penari yang dipasang di lengan kepada Bima.

Bima pun diminta untuk menyerahkannya kepada Widya.

Baca Juga: Seram Banget, Aulia Sarah Bertemu Badarawuhi Asli, Begini Ceritanya

Tapi, Bima tampaknya malu untuk menyerahkannya secara langsung. Ia pun meminta kepada Ayu, teman satu program kerja (proker) untuk menyerahkannya kepada Widya.

Siang itu, Nur dan Anton, tengah mengerjakan proker mereka bersama warga desa, ketika hari sudah siang, ia tanpa sengaja melihat Widya dan wahyu, serta pak Prabu dan Ayu tengah mengendarai motor, mereka pergi meninggalkan desa, entah kemana.
“Nur, kancamu iku loh kok aneh seh” (Nur, temanmu itu kok aneh sih) tiba-tiba, Anton mengatakan itu
“aneh? sopo?” (aneh, siapa?)

“sopo maneh, kancamu, Bima” (siapa lagi, temanmu, si Bima)

“aneh yo opo?” (aneh bagaimana?)

“aku gelek ndelok cah kui ngomong dewe, ngguya-ngguyu dewe nang kamar, trus, sepurane yo Nur, aku tau ndelok arek’ Onani” (aku sering melihat anak itu bicara sendiri, tersenyam-senyum di kamar, bahkan, aku pernah melihatnya, mohon maaf ya Nur, anak itu Onani dalam kamar)
Nur yang mendengar itu tidak bereaksi apapun, hanya berucap”halah, gak mungkin lah” seakan apa yang dikatakan Anton hanya gurauan.
“temen? sumpah!!” (serius? beneran!!)

Baca Juga: Ngeri, Akhirnya, Aulia Sarah Bertemu Badarawuhi Yang Asli, Siluman Ular Penjaga Hutan Dalam KKN di Desa Penari

“ambek, ojok ngomong sopo-sopo yo, temen yo, tak kandani?” (sama, tapi janji jangan bilang siapa-siapa ya)

“kancamu kui, gelek gowoh muleh sesajen, trus, di deleh nang nisor bayang’e,” (temanmu itu, sering membawa pulang sesajen, trus dia menaruh benda itu di bawah ranjang)
Nur masih mencoba menahan diri, ia masih tidak bereaksi mendengar Bima di tuduh seperti itu oleh Anton.

namun, seketika emosi Nur tak terbendung saat Anton mengatakan itu.
“trus, nang ndukur Sesajen iku, onok fotone kancamu, Widya, opo, Bima kate melet Widya yo” (trus, di atas sesajen itu, aku menemukan foto temanmu, Widya, apa, Bima mau pelet si Widya ya)

“awakmu gor di jogo yo lambene, ojok maen fitnah yo” (kamu itu, tolong di jaga mulutnya, jangan maen fitnah seperti ini)
“nek awakmu gak percoyo, ayok tak jak nang kamare, ben awakmu ndelok, nek aku gak mbujuk” (kamu kalau gak percaya ayo sini ikut, tak tunjukkan kalau aku- tidak pernah berbohong)
mendengar Anton menantang seperti itu, saat itu juga, Nur mengikuti Anton yang tengah berjalan menuju tempat mereka menginap.

seketika Nur tidak bisa berbicara apa-apa saat melihat itu di depan mata kepalanya sendiri, seperti Nur ingin menghantam kepala Bima saat itu juga. ia tidak pernah tahu, Bima segila ini.
teman sepondok pesantrenya jadi seperti ini.***

Editor: Intan Augustine Aida Suphi

Tags

Terkini

Terpopuler