KILASCIMAHI - Permasalahan likuiditas yang di alami Tupperware mengakibatkan roda bisnis tidak bisa dijalankan.
Berbagai upaya telah dilakukan hingga saat ini guna menyelamatkan perusahaan Tupperware dari kebangkrutan.
Perusahaan Tupperware kini sedang menunggu keputusan pengadilan, pihaknya berharap agar disetujui. Rencananya, jika disetujui perusahaan akan melakukan penjualan aset-asetnya secara terbuka dan transparan dalam proses kebangkrutan yang diawasi oleh pengadilan.
Untuk diketahui ketiga pemberi pinjaman utama Tupperware ialah Alden Global Capital, Stonehill Institutional Partners dan Bank of America menentang rencana perusahaan untuk ajukan kebangkrutan.
Tercatat dalam dokumen pengajuan kebangkrutan tersebut, Tupperware memiliki aset sebesar US$ 7,5-15 miliar. Tapi, perusahaan memiliki kewajiban yang lebih besar sekitar US$ 15-150 miliar.
Dengan kondisi keuangan yang tidak baik, kerugian yang melanda perusahaan juga meningkat akibat imbas penurunan permintaan beberapa tahun terakhir.
Masa keemasan Tupperware sudah habis, penyebab kebangkrutannya diakibatkan karena produk Tupperware kalah saing dengan para kompetitor yang lebih murah dan ramah lingkungan.
Baca Juga: Gak Usah Beli Lagi, Mending Buat Aja Sendiri! Beginilah Cara Buat Sambal Tomat Ala Rumahan
Manajemen Tupperware mengatakan turunnya permintaan penjualan yang merosot tajam dalam beberapa tahun terakhir membuatnya mengalami kerugian yang sangat besar.***