KILASCIMAHI - Mengajarkan anak untuk mengelola keuangan merupakan hal yang juga perlu diajarkan oleh orang tua. Orang tua terkadang ada yang menganggap bahwa mengajak anak bicara tentang uang adalah hal yang tidak perlu dilakukan, karena hal tersebut merupakan kewajiban orang tua untuk memenuhi segala kebutuhannya.
Namun tahukah para orang tua? Ternyata banyak mengajarkan anak tentang keuangan bisa dilakukan sejak dini, tentunya bukan perihal bagaimana anak memperoleh uang di usia dini, namun bagaimana mengelolanya ketika anak memiliki uang itu sendiri.
Dalam hal menerima uang saku untuk di sekolah misalnya, berikut penjelasan Konsultan Keuangan Ligwina Hananto, dalam channel Youtube Mommies Daily terkait pengelolaan yang dilakukan anak:
Uang saku adalah salah satu alat yang bisa diajarkan kepada anak tentang konsep uang. Ada 4 pilar dari uang saku yang bisa orang tua ajarkan. Pilar ini disebut sebagai Pilar MBBM atau Menghasilkan Uang, Berbelanja, Berbagi, dan Menabung. Berikut penjelasannya:
- Menghasilkan Uang
Hal ini menyangkut bagaimana anak memperolehnya. Dalam hal ini, anak memperoleh dari orang tua yang bekerja. Karena ternyata, ada anak yang tidak paham konsep bagaimana orang tua bisa mendapatkan uang. Anak perlu di edukasi bahwa uang tidak datang dengan sendirinya tanpa adanya usaha yang dilakukan.
- Berbelanja
Memberikan uang saku untuk dibelanjakan oleh anak dapat dimulai sejak anak memahami konteks uang itu sendiri dan bergantung pada perkembangan anak serta pandangan orang tua itu sendiri. Misalnya ada anak yang mulai diberikan uang saku sejak kelas 1 SD. Dengan diberikannya uang saku, maka anak dapat membelanjakan uangnya di kantin sekolah.
- Berbagi
Dari uang saku yang telah diberikan, orang tua juga bisa mengajarkan anak untuk berbagi. Katakan pada anak, bahwa uang saku yang diberikan kepadanya harus ada yang disisihkan untuk ditaruh di kotak amal di sekolah, misalnya.
- Menabung
Setelah anak diajarkan berbagi, orang tua dapat juga mengajarkan anak untuk menabung. Anak akan terpacu untuk mengelola uang sakunya. Ketika anak telah diberi kepercayaan menyisihkan uang sakunya untuk berbagi dan menabung, maka orang tua bisa mengajak anak berpikir, bagaimana caranya agar tabungannya lebih banyak. Misalnya anak akan akan memberi ide untuk membawa makanan sebagai bekal ke sekolah. Cara berpikir seperti ini, menurut Ligwina sebenarnya sudah bisa diterapkan pada anak kelas 1 SD.
Seiring bertumbuhnya anak, dan bertambahnya kebutuhan, anak akan melakukan negosiasi dengan orang tua terkait kebutuhannya. MIsalnya ada kenaikan pada harga jajanan di kantin sekolah. Dorong anak untuk bisa melakukan negosiasi.
Pada anak yang lebih besar, orang tua juga bisa menaikkan uang jajannya untuk menilai kemampuannya dalam mengelola uang. Lebih lanjut lagi, orang tua bisa memberikan tantangan kepada anak dengan mengubah uang jajan hariannya menjadi mingguan ketika anak sudah memasuki fase SMP misalnya. Sedangkan pada anak SMA, orang tua bisa kembali memberikan kesempatan pada anak untuk mengelola uang saku bulanan.
Baca Juga: Perlukah Mengarahkan Bakat Anak Sejak Dini?