Agar Gentle Parenting tidak Menjadi Permissive Parenting Menurut dr. Mesty Ariotedjo

Tayang: 30 September 2024, 22:19 WIB
Penulis: Kamariah
Editor: Tim Kilas Cimahi
Agar Gentle Parenting tidak Menjadi Permissive Parenting Menurut dr. Mesty Ariotedjo
Agar Gentle Parenting tidak Menjadi Permissive Parenting Menurut dr. Mesty Ariotedjo /instagram/@nadjaritzertphotography

KILASCIMAHI -  Pola pengasuhan yang lembut serta mengedepankan empati, pengertian dan rasa hormat kepada anak biasa dikenal dengan istilah gentle parenting. Dalam pola pengasuhan ini, orang tua menekankan cinta kasih dan kelembutan untuk memahami perasaan anak.

Namun, sebenarnya, tak semua kemauan anak harus dipenuhi. Orang tua harus mengetahui batasan sampai dimana mereka harus mengikuti kemauan anak.

Jangan-jangan karena kerap menuruti anak, pola pengasuhan orang tua malah menjadi permissive parenting. Dalam permissive parenting, orang tua cenderung memberi kebebasan kepada anak tanpa memiliki batasan. Salah-salah, orang tua malah kehindangan kendali atas anaknya.

Ketika akan melakukan vaksin misalnya, dr. Mesty Ariotedjo menceritakan dalam akun instagramnya, bahwa terkadang orang tua menunggu sampai berjam-jam agar anak mau dengan sukarela untuk disuntik. Di sini terdapat salah kaprah pola asuh gentle parenting menjadi permissive.

Lantas bagaimana yang harus dilakukan agar pola asuh gentle parenting tidak kebablasan menjadi permisif? Lebih lanjut dr. Mesty menjelaskan sebagai berikut:

- Menjaga boundaries
Orang tua harus memberi batasan kepada anak tentang apa yang harus dilakukan dan tidak dilakukan. Misalnya dalam contoh kasus anak tidak mau divaksin. Vaksin adalah kegiatan yang harus dilakukan. Bahwa anak ketakutan, tentukan batasan mereka meluapkan emosinya misalnya 10 menit. Setelah itu, kegiatan vaksin memang harus dilakukan dengan atau tanpa sifat sukarela dari sang anak.

- Melakukan priming
Priming pada dasarnya adalah mempengaruhi jalan berpikir seseorang dari efek tidak sadar yang berasosiasi dengan memori. Orang tua dapat melakukan sounding terlebih dahulu terhadap anak setiap sebelum melakukan sesuatu hal.

Bahwa mereka akan ke rumah sakit untuk vaksin misalnya. Sehingga ketika sudah berada diruangan dokter dan anak masih menolak, orang tua bisa membangunkan kembali asosiasi memori anak ketika menerapkan batasan waktu.

Orang tua bisa mengucapkan, “Sudah ya nak, ibu sudah cerita sebelumnya bahwa kamu akan di vaksin. Ini juga ibu sudah tunggu 10 menit agar kamu siap. Maaf kalau kamu nangis, sekarang kita vaksin, ibu damping kamu disini.”

Dengan melakukan priming misalnya dari beberapa hari sebelumnya, sebenarnya anak dianggap sudah memiliki waktu untuk

Halaman:

Tags

Terkini

Trending

Berita Pilgub