KILASCIMAHI - Sifat Iseng dan jahil sebenarnya adalah petunjuk dari sang maha pencipta bagi para orang tua. Tugas orang tua adalah membaca petunjuk dari anak kita bahwa misalnya anak memiliki sisi kreativitas yang tinggi.
Biasanya anak yang suka iseng dan jahil biasanya memiliki banyak waktu luang, namun kekurangan aktivitas. Karena sebenarnya anak sendiri bingung harus melakukan apa.
Oleh karena itu, selain dengan memberi aktivitas positif agar melupakan kebosanannya, tentunya orang tua juga harus belajar membuat kesepakatan dengan anak saat pertikaian terhindarkan.
Lantas bagaimana cara membuat kesepakatan akibat keisengan anak yang menimbulkan pertikaian di rumah? Berikut penjelasan dari Konsultan Parenting Ayah Edy dalam channel YouTube officialnya:
Sebuah kesepakatan akan timbul dari suatu kejadian yang tidak mengenakkan dari akibat keisengan atau kejahilan kakak beradik misalnya. Untuk menghadapi hal tersebut orang tua bisa melakukan hal-hal berikut.
- Mencatat dan membahas keisengan anak.
Manusia adalah makhluk pelupa. Kebanyakan perilaku anak menyimpang terjadi karena kurang disiplinnya orang tua. Menegur di tempat kejadian kurang baik karena kita harus menjaga situasi dan kondisi.
Orang tua bisa mencatat kejahilan anak dan membahas kelakuan jahil anak diluar tempat kejadian. Misalnya pada saat makan di restoran, sang adik menarik kursi kakak hingga akan terjatuh. Ketika sudah sampai dirumah, ingatkan anak akan perilakunya kembali, dan tentukan waktu untuk membahas kejadian tersebut.
Pada saat waktu yang telah ditentukan, bahas kembali kelakuan anak. Pada saat pembahasan orang tua bisa mengarahkan anak untuk menceritakan kembali kejadian yang terjadi.
Di awal-awal mungkin mereka akan saling menyalahkan atau tidak mau mengaku. Pandu terus anak. Orang tua harus jelaskan sampai pada efek terburuk yang akan terjadi jika hal tersebut terulang lagi. Tanya perasaan masing-masing anak. Dan tanya bagaimana seharusnya solusinya.
Misalnya, orang tua bisa menjelaskan bahwa, “Kakak, adik, tadi kan ada kejadian adik menarik bangku kakak. Lalu kakak sampai mau terjatuh. Ade harus tau ya, bahwa hal itu adalah tindakan yang tidak baik. Pertama suasana makan jadi tidak santai dan tidak nyaman. Lalu kakak bisa saja terjatuh. Kalau kakak terjatuh, dan tulangnya sampai sakit, bisa-bisa kakak ga bisa jalan lagi.
"Nanti adik jadi tidak punya teman untuk bermain, bagaimana?”
Hal ini adalah bentuk peradilan di rumah dan merupakan cara mengedukasi anak dengan kesadaran dan logika agar kedepannya tidak lagi melakukan hal yang sama.
- Biasakan untuk meminta maaf setelah kejadian, baik yang salah adalah yang lebih tua atau kakak. Jadikan kebiasaan bahwa yang bersalah adalah yang harus meminta maaf.
- Buat Kesepakatan.
Kesepakatan yang harus terbentuk dari contoh diatas adalah bahwa tidak boleh lagi menarik kursi. Jika terjadi lagi tawarkan apakah maaf saja cukup sebagai konsekuensi.
Dengarkan anak, jika ada usulan konsekuensi. Jika tidak, tawarkan konsekuensi mulai dari yang mudah, misalnya orang tua akan mencatat kelakuan anak sebagai poin keburukan.
Orang tua bisa terapkan adanya poin kebaikan dan keburukan di rumah. Atau cara lain misalnya sang pelaku kejahilan tidak diajak dalam 1 kali makan bersama keluarga di luar rumah. Lakukan konsekuensi dengan konsisten.
Orang tua juga harus selalu pahami untuk mengambil sisi positif dari setiap kejadian. Bahwa pertikaian timbul sebagai celah bagi orang tua untuk menanamkan etika dan adab yang bisa ditiru anak sebagai modal sang anak. Masalah datang untuk membuat orang tua belajar menjadi lebih baik dari hari ke hari.
Baca Juga: Bagaimana Cara Mendidik Anak yang Suka Iseng dan Jahil (Part 1)
Demikian ulasan mengenai bagaimana mendidik anak yang suka iseng dan jahil dengan membuat kesepakatan. Semoga dapat menambah pengetahuan para orang tua.***