KILASCIMAHI - Mendampingi anak merupakan hal yang unik. Terkadang orang tua mengeluh karena sang anak tidak bisa diam dan memiliki energi yang sangat berlebihan. Terkadang juga orang tua mengeluh karena sang anak tidak tertarik untuk bermain, sampai orang tua harus terus menerus menemani sang anak untuk memberinya motivasi sehingga mau untuk ikut dalam permainan bersama dengan teman-temannya. Anak seperti ini adalah yang sering disebut dengan anak yang pasif.
Anak pasif sendiri bisa dikatakan sebagai anak yang cenderung sedikit bergerak dan cenderung tidak memiliki minat untuk melakukan permainan. Dalam hal ini orang tua mungkin akan kesulitan untuk melihat potensi sang anak. Padahal secara natural, anak akan tertarik begitu melihat hal-hal yang menyenangkan. Ketika diajak ke lapangan permainan saja anak masih pasif, lantas apa yang harus dilakukan orang tua untuk mengembangkan potensinya?
Berikut penjelasan Psikolog Elly Risman dalam diskusinya pada channel YouTube Net NewsRoom, mengenai bagaimana orang tua menyikapi anak pasif.
Anak yang pasif bisa disebabkan karena memang pembawaannya yang pendiam secara keturunan. Namun bisa juga karena anak kurang mendapat perhatian, kurangnya komunikasi, atau kurangnya stimulasi kecerdasan emosi dan spiritual.
Sehingga orang tua harus memastikan apakah anak tersebut benar-benar menurunkan sifat pendiam secara keturunan, ataukah ada kesalahan pengasuhan yang membuatnya tidak cukup modalnya untuk dapat berinteraksi secara baik dengan lingkungannya.
Lantas bagaimana yang harus dilakukan atau aktivitas apa yang harus diberikan oleh orang tua untuk mengembangkan potensi anak pasif. Psikolog Elly Risman kemudian meneruskan penjelasannya sebagai berikut:
- Yang lebih penting adalah bukan aktivitas apa yang harus dilakukan, namun orang tua harus mengenali perasaannya. Tanyakan kepada anak apa yang dirasakannya. Uraikan perasaan, dan coba telusuri satu-satu apa yang bisa menjadi solusinya. Diskusikan secara bersama-sama dengan sang anak.
- Orang tua harus memilki keyakinan bahwa sang anak memiliki potensi. Tanamkan keyakinan tersebut pada sang anak. Ajak mereka berkhayal bahwa suatu hari orang tua yakin bahwa sang anak akan menjadi seseorang yang hebat.
Visualisasikan harapan orang tua tentunya dengan melihat reaksi sang anak. Lemparkan anak ke masa depannya. Orang tua juga harus berpikir bahwa dunia tidak hanya membutuhkan orang-orang yang pintar matematika misalnya.
Dunia juga mungkin membutuhkan orang-orang yang imajinatif, filsuf, penyair dan seterusnya. Tanamkan potensi positif pertama kali dari diri orang tua itu sendiri.
Jika anak dibiarkan pasif terlalu lama, ada dampak positif yang mungkin muncul karena banyaknya perenungan yang dilakukan sang anak kedalam dirinya.
Namun pada beberapa individu, dampak negatif juga dapat muncul karena ketidakmampuannya untuk mengolah emosi tersebut kedalam dirinya sendiri. Ada rasa frustrasi yang mungkin akan timbul dalam jangka panjang.
Baca Juga: Tips Mendidik Anak Laki-Laki
Setelah membaca penjelasan di atas, mudah-mudahan dapat membantu para orang tua untuk lebih mendengarkan anak-anak yang pasif. Karena semuanya berawal dari perasaan yang dirasakan anak. Demikian ulasan mengenai cara mengembangkan potensi anak yang pasif. Semoga membantu para orang tua.***