Para pengungsi itu tinggal disana layaknya rumah kontrakan bedeng kalau di Indonesia. Sebuah kamar yang memanjang. Untuk memisahkan antara ruang tamu dan kamar, sehelai kain dipasang seperti gorden.
Meskipun berstatus pengungsi, mereka menyewa kamar di sana yang mereka isi bersama keluarganya.
Untuk bisa membayar biaya sewa, saya lupa berapa persis harganya, tapi sekitar 1-2 jutaan kalau dirupiahkan. Kamar dengan harga segitu, kebanyakan belum memiliki pemanas ruangan.
Kalaupun ada, kadang tak ada arang untuk bisa dibakar dipemanas ruangan itu lantaran uang yang mereka miliki berebut dengan biaya hidup sehari-hari dan sewa ruangan.
Dan meski berstatus pengungsi, para pengungsi ini tidak hidup bergantung pada bantuan.
Mereka bekerja serabutan mulai dari menjadi tukang hingga mengumpulkan rongsok dan barang bekas.
Adanya bantuan alat pemanas ruangan, arang dan pakaian hangat dari masyarakat Indonesia yang dititipkan melalui Yayasan Harapan Amal Mulia dan Kasih Palestina tentu saja membuat mereka bahagia.
Mewawancarai Pengungsi Palestina